Harga TBS Sawit Anjlok, Pemerintah Harus Bertindak

Minggu, 26/06/2022 17:45 WIB
Ilustrasi kelapa sawit/palm oil (pixabay)

Ilustrasi kelapa sawit/palm oil (pixabay)

[INTRO]
Harga tandan buah segar (TBS) sawit di Indonesia semakin jatuh pasca pelarangan ekspor crude palm oil (CPO)
 
Berdasarkan data Serikat Petani Indonesia (SPI), harga TBS sawit anjlok, bahkan saat ini harganya makin turun jadi Rp 600 per kilogram di Pasaman Barat, Sumatera Barat. 
 
Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PKB, Daniel Johan mengatakan  pemerintah perlu mengambil tindakan untuk menyelamatkan petani yang terdampak akibat harga TBS sawit anjlok saat ini. 
 
Pasalnya, harga sawit yang saat ini hampir tidak memiliki harga berdampak pada nasib sehari-hari para petani. 
 
"Pemerintah harus segera menyelamatkan para petani ini, harus bertanggung jawab atas kerugian petani, ini tidak lepas dari efek kebijakan yang diambil," kata Daniel melalui keteranganya, Minggu (26/06/2022). 
 
Salah satunya dengan memanfaatkan dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) untuk menyerap sawit milik petani agar harga TBS sawit yang anjlok kembali normal. 
 
Kemudian untuk menormalkan kembali harga TBS sawit, pemerintah juga dapat mengatasi over supply minyak sawit mentah atau CPO saat ini dengan memanfaatkan stok CPO yang berlebih untuk campuran bahan bakar B30.
 
Daniel juga meminta pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk mengawasi perusahaan agar tidak membeli TBS sawit dengan harga yang sesuai keinginan perusahaan. 
 
"Harus ada pertemuan tripartite antara perusahaan, petani, pemerintah sehingga ada titik temu solusi bagi anjloknya harga," kata dia. 
 
Daniel menjelaskan, ada beberapa faktor yang membuat harga TBS sawit anjlok saat ini. Salah satunya akibat harga CPO global yang mengalami penurunan sehingga berdampak pada harga pembelian oleh perusahaan.
 
Kemudian, turunnya harga TBS sawit merupakan dampak bola salju dari kebijakan-kebijakan sebelumnya, seperti pelarangan ekspor CPO yang akhirnya berdampak signifikan pada pabrik CPO nasional. 
 
"Banyak pabrik CPO yang over supply, sehingga harga anjlok di tingkat petani, karena rendahnya daya serap pabrik untuk membeli TBS," jelasnya. 
 

(Givary Apriman Z\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar