Skandal Bank Bikin Geger, Duit Nasabah Amblas di China

Sabtu, 25/06/2022 05:35 WIB
Henan New Fortune Group rugikan nasabah (TodayNationNews)

Henan New Fortune Group rugikan nasabah (TodayNationNews)

Beijing, Tiongkok, law-justice.co - Warga China yang menabung di bank-bank kecil tengah menghadapi masalah. Mereka tidak bisa mengakses tabungan.

Uang mereka kini terancam hilang. Hal ini dimulai sejak April dan terus melebar di Mei.

Masalah dimulai ketika empat bank di provinsi Henan menangguhkan penarikan tunai. Regulator perbankan nasional menuduh pemegang saham utama dari empat bank secara ilegal telah menarik uang dari nasabah.

"Henan New Fortune Group, pemegang saham dari empat bank desa, telah secara ilegal menyerap dana publik melalui kolusi internal dan eksternal, penggunaan platform pihak ketiga, dan pialang dana," kata Komisi Regulasi Perbankan dan Asuransi China dimuat kantor berita Xinhua dikutip CNN International.

"Polisi telah membuka kasus untuk penyelidikan atas masalah ini," tambahnya badan itu, dilansir Sabtu (25/6/2022)

Menurut perkiraan Sanlian Lifeweek, majalah milik negara, ada 400.000 nasabah perbankan di seluruh China tidak dapat mengakses tabungan mereka. Salah satu korban adalah Peter (bukan nama asli), pengusaha berusia 45 tahun.

Dirinya telah memasukkan tabungan hidupnya sekitar US$6 juta ke rekening di tiga bank kecil di provinsi Henan tengah China. Dari dua bulan lalu, dia belum bisa mengakses uangnya.

Ketika dia mencoba mengakses akunnya secara online, sebuah pernyataan akan muncul di beranda yang memberi tahu bahwa situs web itu sedang dalam pemeliharaan dan layanan tidak akan tersedia untuk sementara waktu. Namun, hingga kini, layanan tersebut belum dipulihkan.

"Saya hampir mengalami gangguan saraf. Saya tidak bisa tidur," kata pria yang berasal dari kota timur Wenzhou.

Sebenarnya di China, bank lokal hanya diizinkan untuk memperoleh simpanan dari basis pelanggan asal mereka tetapi pihak berwenang mengatakan bahwa "platform pihak ketiga" bisa digunakan untuk memperoleh dana dari deposan di luar wilayah tersebut. Dalam kasus Peter, misalnya, kampung halamannya lebih dari 700 mil jauhnya dari bank-bank di Henan.

Sejumlah nasabah sudah melakukan demo. Namun anehnya, kala protes terakhir hendak dilakukan kode kesehatan mereka, yang berwarna hijau saat keberangkatan, elah berubah menjadi merah.

Siapa pun yang berkode merah, biasanya dikaitkan ke kasus Covid-19 atau dianggap berisiko tinggi terinfeksi corona. Mereka dilarang dari semua tempat umum dan transportasi dan sering dikenakan karantina pemerintah selama berminggu-minggu.

Komisi Kesehatan Provinsi Henan sendiri telah mengonfirmasi ini. Mereka mengatakan kepada situs berita yang dikelola negara thepaper.cn sedang "menyelidiki dan memverifikasi" keluhan dari para demonstran yang menerima kode merah.

Otoritas sendiri belum memberi perkiraan resmi mengenai jumlah total dana nasabah yang tidak dapat ditarik. Polisi setempat atau regulator perbankan nasional juga belum buka suara terkait hal ini.

"Cakupan skandal bank di mana pejabat bank menggelapkan dan mencuri dana dari deposan mengkhawatirkan, dan apa yang terungkap hanya bisa menjadi puncak gunung es," kata seorang profesor di University of South Carolina Aiken yang mempelajari bisnis dan ekonomi China, Frank Xie.

"Ketika ekonomi China semakin melambat, kekurangan fiskal memburuk, dan pembayaran utang menjadi lebih luas di antara perusahaan-perusahaan China, terutama di sektor real estat, bank run bisa menjadi lebih sering dan dalam skala yang lebih besar," tambahnya.

Para ahli pun khawatir bahwa masalah keuangan yang jauh lebih besar dapat mengancam. Apalagi ditambah dengan dampak dari kehancuran real estat dan melonjaknya kredit macet terkait dengan pandemi Covid-19.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar