China Makin Mengancam di LCS, Australia Beli Kapal Selam Nuklir AS

Jum'at, 10/06/2022 07:20 WIB
Ilustrasi Kapal Selam Nuklir (RMOL)

Ilustrasi Kapal Selam Nuklir (RMOL)

Australia, law-justice.co - Australia berencana untuk mengakuisisi kapal selam bertenaga nuklir dari Amerika Serikat (AS). Kesepakatan multimiliar dolar ini diungkapkan oleh mantan menteri pertahanan Australia Peter Dutton.


Dutton mengatakan dia telah merencanakan untuk membeli dua kapal selam kelas Virginia dari AS pada 2030 dan membangun delapan kapal selam lagi sehingga total kekuatan armada menjadi 10.

Proyek ini merupakan upaya Australia untuk memperkuat pertahanannya dalam menghadapi China yang makin agresif di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping.

Dutton, yang memimpin oposisi setelah koalisi konservatifnya kalah dalam pemilihan Mei, mengatakan menjadi "jelas" baginya sebagai menteri pertahanan bahwa kapal selam AS adalah pilihan yang lebih baik dibandingkan dengan milik Inggris.

Pengungkapan Dutton dalam sebuah artikel untuk The Australian tampaknya ditujukan untuk mendorong pemerintah baru agar mengikuti rencananya tersebut.

Namun, Pemerintah Australia mengecam komentar oleh Dutton. Menteri Pertahanan dan Wakil Perdana Menteri Richard Marles mengatakan komentar Dutton, yang sekarang menjadi pemimpin oposisi, merusak kepentingan nasional Australia.

"Pemerintah belum membuat keputusan tentang kapal selam yang disukai. Semua opsi ada di atas meja," katanya dalam sebuah pernyataan, dikutip dari AFP, Kamis (9/6/2022).

Adapun, Dutton meninggalkan jabatannya sebagai menteri pertahanan beberapa minggu lalu setelah koalisi konservatifnya kalah dalam pemilihan.

Setelahnya, ia mengatakan setuju untuk mengakuisisi baik kapal selam bertenaga nuklir AS atau Inggris tetapi dipersenjatai secara konvensional sebagai bagian dari aliansi AUKUS.

Australia sendiri masih melakukan studi selama 18 bulan tentang opsi kapal selam bertenaga nuklirnya sebagai bagian dari kesepakatan AUKUS.

Biaya untuk membangun delapan armada yang lebih kecil pada rencana awal Australia telah diperkirakan mencapai US$ 50 miliar sebelum memperhitungkan inflas.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar