Ramalan OECD soal Ekonomi Global: Pertumbuhan Makin Suram

Rabu, 08/06/2022 17:20 WIB
Pertumbuhan ekonomi (Maucash)

Pertumbuhan ekonomi (Maucash)

Jakarta, law-justice.co - Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD) menjadi lembaga terbaru yang memangkas prediksi pertumbuhan global di 2022 ini. PDB dunia diramal hanya akan mencapai 3%, turun 1,5 poin persentase dari proyeksi Desember 4,5%.


"Serangan (Rusia) ke Ukraina, bersama dengan penutupan di kota-kota besar dan pelabuhan di China karena kebijakan nol-Covid, telah menghasilkan serangkaian guncangan baru yang merugikan," kata laporan terbaru organisasi yang berbasis di Paris itu, Rabu (8/6/2022).

Inflasi juga diproyeksi akan lebih tinggi. Ini terutama untuk kelompok 38 negara maju- Amerika Serikat, Australia, Jepang, Amerika Latin dan Eropa- menjadi 8,5%, tertinggi sejak 1988.

"Dunia akan membayar harga yang mahal untuk perang Rusia melawan Ukraina," tambah Kepala Ekonom dan Wakil Sekretaris Jenderal OECD, Laurence Boone.

"Krisis kemanusiaan sedang berlangsung di depan mata kita ... Sejauh mana pertumbuhan akan lebih rendah dan inflasi lebih tinggi akan tergantung pada bagaimana perang berkembang, tetapi jelas yang termiskin akan terpukul paling keras," tegasnya.

OECD seharusnya mempublikasikan pandangannya soal perekonomian global pada bulan Maret. Tetapi penundaan dilakukan karena ketidakpastian perang.

Dalam laporan terbaru ini, OECD memangkas perkiraan pertumbuhannya untuk Amerika Serikat (AS) dari 3,7% menjadi 2,5%. Sementara China, dari 5,1% menjadi 4,4%.

Pertumbuhan zona Eropa juga direvisi menjadi 2,6%, dari sebelumnya 4,3%. Sedangkan Inggris menjadi 3,6% dari sebelumnya 4,7%.

"Harga komoditas telah meningkat, memukul pendapatan dan pengeluaran riil, terutama untuk rumah tangga yang paling rentan," ujar laporan OECD lagi.

"Di banyak ekonomi pasar berkembang, risiko kekurangan pangan tinggi mengingat ketergantungan pada ekspor pertanian dari Rusia dan Ukraina."

Sebelumnya Bank Dunia (World Bank) juga telah merevisi angka pertumbuhan menjadi 2,9%. Di Januari, pertumbuhan global sempat diprediksi 4,1%.

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar