Sosok Nupur Sharma, Jubir Partai India Penghina Nabi Muhammad

Selasa, 07/06/2022 21:40 WIB
Juru Bicara Partai India Nupur Sharma (Net)

Juru Bicara Partai India Nupur Sharma (Net)

New Delhi, India, law-justice.co - India sedang memanas. Pasalnya juru bicara partai Bharatiya Janata (BJP), Nupur Sharma mengeluarkan pernyataan yang membuat negara Arab beramai-ramai mengecam dan mengutuk "islamofobia" yang terjadi di negeri itu.


Pernyataan Sharma dalam sebuah debat di televisi disebut menghina Nabi Muhammad SAW. Mengutip Sputnik News, dalam sebuah debat di media Times Now, Sharma disebut mengolok-olok Al-Quran. Ia menyamakannya dengan "bumi itu datar".

Ia pun menghina tokoh penting umat Muslim, Nabi Muhammad SAW. Hal itu karena menikah dengan istrinya Aisyah, saat masih muda belia.

"Nabi Muhammad menikahi seorang gadis berusia enam tahun dan kemudian berhubungan dengannya pada usia sembilan tahun," ujarnya dalam sebuah video yang kemudian dihapus oleh saluran televisi tersebut.

Akibat pernyataannya tersebut, Partai BJP, partai paling berkuasa di India, telah menskorsing Sharma sejak Minggu (5/6/2022). BJP mengatakan dalam sebuah pernyataan di situsnya bahwa partai itu menghormati semua agama.

"BJP mengecam keras penghinaan terhadap tokoh agama dari agama apa pun," katanya, sebagaimana dikutip dari Straits Times.

Sharma juga dilaporkan sudah mengeluarkan permintaan maaf publik pasca mengeluarkan pernyataan yang berapi-api tentang Nabi Muhammad SAW dan mengatakan dirinya telah menerima ancaman pembunuhan setelah penampilannya di televisi, sebagaimana dilaporkan AFP.

Lalu seperti apa sosok Sharma?

Sharma sendiri telah lama menjadi corong bagi pemerintah nasionalis Hindu India. Perempuan berusia 37 tahun itu telah menjadi acara reguler debat berita TV, membedakan dirinya sebagai advokat yang bersemangat dan agresif untuk agenda Perdana Menteri Narendra Modi.

Perawakannya telah meningkat seiring dengan keberuntungan Partai BJP yang berkuasa, yang dalam dekade terakhir telah memantapkan dirinya sebagai kekuatan politik dominan India dengan memperjuangkan identitas Hindu.

Sharma merupakan seorang pengacara terlatih yang menghadiri London School of Economics, namun dia tidak berhasil mengikuti pemilihan negara bagian untuk BJP pada tahun 2015.

Dia pertama kali bergabung dengan sayap pemuda partai saat belajar di Universitas Delhi, di mana dia terpilih sebagai presiden serikat mahasiswa dan menjadi terkenal karena memimpin gerombolan mahasiswa untuk menyerbu sebuah seminar yang diselenggarakan oleh seorang akademisi Muslim pada tahun 2008.

Kemudian pada hari itu dia muncul di sebuah acara televisi untuk membela tindakannya dan tindakan sesama siswa karena meludahi gurunya, yang telah didakwa dan dibebaskan dari serangan teror di parlemen India.

"Saya tidak akan meminta maaf," katanya. "Saya akan mengambil sikap. Seluruh negara harus meludahinya. Siapa yang mengundangnya ke universitas untuk berbicara tentang terorisme?"

Sejak berkuasa secara nasional pada tahun 2014, pemerintah Modi dan BJP telah dituduh memperjuangkan kebijakan diskriminatif terhadap pemeluk agama Islam. Para pemimpin partai juga tetap bungkam atas serangan main hakim sendiri terhadap Muslim atas penyembelihan sapi yang menjadi hewan suci dalam tradisi Hindu.

India telah menerima kritik dari luar negeri tentang masalah diskriminasi agama. Kementerian luar negeri pekan lalu mengeluarkan pernyataan yang mengatakan negara itu "menghargai kebebasan beragama dan hak asasi manusia."

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:
Tags:




Berita Terkait

Komentar