China dan Amerika Alami Capital Outflow Triliunan Rupiah, Ini Sebabnya

Sabtu, 28/05/2022 21:30 WIB
Saham (Duta.co)

Saham (Duta.co)

Jakarta, law-justice.co - Capital outflow terjadi dari Amerika Serikat dan China pada pasar obligasi. Bahkan hal ini juga terjadi di Indonesia.

Berdasarkan data dari Refinitiv Lipper, Capital Outflow terjadi dalam 19 pekan beruntun di pasar obligasi Amerika Serikat mencapai US$ 8,39 miliar atau sekitar Rp 123 triliun (Rp 14.650/US$). Yield Treasury pun semakin menanjak karena banyak dilepas pelaku pasar.

Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi. Ketika harga turun maka yield akan naik, begitu juga sebaliknya. Saat harga turun, artinya obligasi banyak dilepas. Meski yield sudah tinggi, tetapi nyatanya belum mampu menarik inflow.


Tidak hanya Amerika Serikat, China juga mengalami hal serupa, bahkan nilainya lebih besar lagi. Wall Street Journal melaporkan hingga April pasar obligasi China mengalami capital outflow dalam 3 bulan beruntun. Nilainya mencapai US$ 45,03 miliar atau lebih dari Rp 700 triliun.

Senasib dengan China, Indonesia juga mengalami capital outflow yang massif di pasar obligasi sejak bulan Maret. Di dua bulan pertama tahun ini, sebenarnya masih mengalami inflow sekitar Rp 5 triliun. Tetapi semua berbalik memasuki bulan Maret.

Sepanjang tahun ini hingga 12 Mei lalu, total capital outflow di pasar obligasi Indonesia mencapai Rp 78,13 triliun, berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan.

Tidak hanya pasar obligasi, pasar saham juga dilanda aksi jual yang massif. Bursa saham AS (Wall Street) mengalami outflow dalam 6 pekan beruntun senilai US$ 2,59 miliar berdasarkan laporan Reuters.

Bursa Eropa juga cukup besar. Perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina membuat pasar sahamnya mengalami aksi jual. Secara total, Reuters melaporkan outflow di pasar saham dunia mencapai US$ 5,2 miliar.

(Tim Liputan News\Yudi Rachman)

Share:




Berita Terkait

Komentar