Pandemi Belum Usai, WHO Mulai Sorot Penyakit Cacar Monyet

Sabtu, 21/05/2022 15:40 WIB
Gedung WHO (Kompas)

Gedung WHO (Kompas)

Jakarta, law-justice.co - Pandemi Covid-19 masih belum usai, namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah mengeluarkan peringatan terkait kasus monkeypox alias cacar monyet.


WHO bahkan akan mengadakan pertemuan darurat untuk membahas wabah cacar monyet pada Jumat (20/5/2022) waktu setempat. Pertemuan dilakukan setelah lebih dari 100 kasus dikonfirmasi atau dicurigai di Eropa.

Sebagaimana diketahui, kasus cacar monyet telah dilaporkan di setidaknya sembilan negara, yakni Belgia, Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Portugal, Spanyol, Swedia dan Inggris, serta Amerika Serikat (AS), Kanada dan Australia.

Pertama kali diidentifikasi pada monyet, penyakit ini biasanya menyebar melalui kontak dekat dan jarang menyebar ke luar Afrika, sehingga rangkaian kasus ini memicu kekhawatiran. Cacar monyet sendiri biasanya merupakan penyakit virus ringan, ditandai dengan gejala demam serta ruam bergelombang yang khas.

Namun WHO menyebut penyebaran virus ini kemungkinan besar berawal dari hewan pengerat, sehingga monyet bukan satu-satunya binatang sumber penyebaran penyakit ini. Pasalnya, reservoir alami cacar monyet pun masih belum diketahui.

"Di Afrika, bukti infeksi virus cacar monyet telah ditemukan pada banyak hewan termasuk tupai tali, tupai pohon, tikus rebus Gambia, dormice, berbagai spesies monyet," jelas WHO dikutip dari Euro News

Sementara itu para ilmuwan tidak mengharapkan wabah tersebut berkembang menjadi pandemi seperti Covid-19, mengingat virus tersebut tidak menyebar semudah SARS-CoV-2.

"Ini adalah wabah cacar monyet terbesar dan paling luas yang pernah terlihat di Eropa," kata layanan medis angkatan bersenjata Jerman, yang mendeteksi kasus pertamanya di negara itu pada Jumat.

Meski tidak ada vaksin khusus untuk cacar monyet, tetapi data WHO menunjukkan bahwa vaksin yang digunakan untuk membasmi cacar hingga 85% efektif melawan cacar monyet.

Virus cacar monyet sendiri termasuk ke dalam genus Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae. Virus ini pertama kali ditemukan pada 1958, ketika penyakit semacam cacar terjadi pada monyet laboratorium yang dipelihara untuk kepentingan penelitian.

Sejak tahun 1970, kasus cacar monyet telah dilaporkan di 11 negara Afrika. Nigeria telah mengalami wabah besar yang sedang berlangsung sejak 2017. Menurut WHO, sejauh tahun ini, ada 46 kasus yang dicurigai, di mana 15 di antaranya telah dikonfirmasi.

Kasus Eropa pertama dikonfirmasi pada 7 Mei pada seorang individu yang kembali ke Inggris dari Nigeria. Sejak itu, lebih dari 100 kasus telah dikonfirmasi di luar Afrika, menurut pelacak oleh akademisi Universitas Oxford.

Banyak kasus tidak terkait dengan perjalanan ke benua itu. Akibatnya, penyebab wabah ini tidak jelas, meskipun otoritas kesehatan mengatakan bahwa ada potensi penyebaran komunitas pada tingkat tertentu.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:
Tags:




Berita Terkait

Komentar