Asing Kabur Berjamaah, RI Defisit Hingga US$ 1,8 miliar

Jum'at, 20/05/2022 18:00 WIB
Bank Indonesia (foto: liputan6.com)

Bank Indonesia (foto: liputan6.com)

Jakarta, law-justice.co - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kembali membukukan defisit pada kuartal I-2022. Defisit terjadi karena investor asing banyak yang memilih kabur dari Indonesia hingga meninggalkan lubang besar pada transaksi finansial.


Bank Indonesia, Jumat (20/5/2022), mengumumkan NPI mengalami defisit US$ 1,8 miliar pada Januari-Maret 2022. Padahal, transaksi berjalan pada kuartal I tahun 2022 membukukan surplus sebesar US$ 221 juta, atau 0,07% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Surplus tersebut lebih rendah dibandingkan US$ 1,49 miliar atau 0,47% dari PDB.

Surplus pada transaksi berjalan didorong oleh tingginya ekspor Indonesia. Ekspor pada kuartal I tahun ini mencapai US$ 66,77 miliar sementara impor menembus US$ 55,63 miliar sehingga terjadi surplus sebesar US$ 11,14 miliar. Surplus tersebut memang lebih kecil dibandingkan kuartal IV tahun 2021 (US$ 12,43 miliar) tetapi jauh lebih tinggi dibandingkan kuartal I tahun 2021 (US$ 7,63 miliar).

Besarnya ekspor barang mampu menutupi defisit pada neraca jasa. Neraca jasa mencatatkan defisit sebesar US$ 4,41 miliar, lebih besar dibandingkan pada kuartal IV tahun 2021 (US$ 3,98 miliar).

Secara historis, Indonesia memang kerap membukukan defisit pada neraca jasa. Defisit pada neraca tersebut kerap kali mengalahkan besarnya surplus neraca ekspor dan impor barang sehingga membuat transaksi berjalan membukukan defisit.

"Defisit neraca jasa meningkat sejalan dengan perbaikan aktivitas ekonomi yang terus berlanjut dan kenaikan jumlah kunjungan wisatawan nasional ke luar negeri pasca pelonggaran kebijakan pembatasan perjalanan antarnegara dan penyelenggaraan ibadah umrah yang kembali dibuka. Di sisi lain, defisit neraca pendapatan primer membaik sehingga menopang berlanjutnya surplus transaksi berjalan," papar BI dalam laporannya.

Sepanjang kuartal IV-2011 hingga kuartal II-2020, transaksi berjalan Indonesia mencatatkan defisit. Padahal, pada periode tersebut masih ada booming commodity yang melambungkan ekspor. Kondisi transaksi berjalan mulai berubah pada 2020. Pada kuartal III-2020, transaksi berjalan mencatatkan surplus karena anjloknya impor seiring pelemahan ekonomi Indonesia

Pada masa-masa transaksi berjalan mencatatkan defisit, transaksi finansial kerap membukukan surplus dalam jumlah besar sehingga NPI pun menjadi surplus.


Pada kuartal I-2020, misalnya, transaksi berjalan membukukan defisit US$ 3,37 miliar atau 0,39% dari PDB. Sementara itu, transaksi finansial mencatatkan surplus US$ 5,76 miliar. Secara keseluruhan, NPI membukukan surplus sebesar US$ 4,07 miliar.

Pada kuartal I tahun ini, transaksi finansial yang terdiri dari investasi langsung dan portofolio tercatat defisit sebesar US$ 1,7 miliar, lebih kecil dibandingkan kuartal IV-2022 sebesar US$ 2,25 miliar.
Investasi langsung masih mencatat surplus US$ 4,47 miliar, lebih tinggi dibandingkan US$ 3,79 miliar yang tercatat pada kuartal IV-2021. Namun, kinerja investasi portofolio di pasar keuangan pada kuartal I-2022 jeblok dan mencatat defisit US$ 2,9 miliar.

Ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina dan rencana percepatan normalisasi kebijakan moneter di negara maju menyebabkan aliran keluar investasi portofolio.Selain itu, transaksi investasi lainnya mencatat defisit yang lebih besar dari kuartal sebelumnya antara lain disebabkan oleh peningkatan piutang dagang dan penempatan ke aset valas sejalan dengan masih tingginya aktivitas ekspor.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar