Diduga Karena Hepatitis Misterius, Anak di Tulungagung Meninggal Dunia

Minggu, 08/05/2022 15:44 WIB
Ilustrasi mayat (Foto:kicknewstoday)

Ilustrasi mayat (Foto:kicknewstoday)

Jakarta, law-justice.co - Pemerintah Daerah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur melaporkan kasus kematian seorang anak perempuan berusia tujuh tahun yang diduga meninggal dunia akibat terpapar hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya alias hepatitis misterius.

Kepala Dinkes Kabupaten Tulunggung, Kasil Rokhmad mengatakan, pasien anak berusia tujuh tahun itu sebelumnya dilaporkan sudah mendapatkan perawatan insentif di RSUD dr Iskak Tulungagung. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, tidak terdeteksi virus hepatitis A,B,C,D maupun E dalam tubuh anak tersebut.

"Ya, sudah konfirmasi [hepatitis of unknown)," kata Kepala Dinkes Kabupaten Tulunggung Kasil Rokhmad.

Kasil melanjutkan, kendati anak tersebut tidak terinfeksi virus hepatitis, namun bocah berusia tujuh tahun itu menunjukkan sejumlah gejala umum dari penyakit hepatitis misterius yang sesuai dengan pedoman yang ditetapkan Kementerian Kesehatan maupun Badan Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini.

Sejumlah gejala yang dilaporkan di antaranya mirip gejala penyakit kuning, demam, diare, urine berwarna lebih pekat dan feses berwarna pucat. Selain itu, pasien anak usia tujuh tahun yang meninggal ini juga masuk dalam kriteria lain dari hepatitis misterius, seperti berusia di bawah 10 tahun dan tidak memiliki komorbid.

Lebih lanjut, Kasil juga membeberkan kronologi temuan kasus kematian ini. Awalnya, pasien anak tersebut mengalami demam dan muntah-muntah selama empat hari.

Anak tersebut kemudian dirujuk ke RS swasta namun tidak mengalami perkembangan signifikan sehingga dibawa ke RSUD dr Iskak Tulungagung. Namun pada Jumat (6/5) lalu, pasien anak tersebut dilaporkan meninggal dunia.

Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur dr Erwin Astha Triyono mengatakan pihaknya belum menentukan diagnosis kematian pasien tersebut. Ia masih berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan.

"Kami koordinasi dengan Kementerian Kesehatan. Diagnosis yang paling mungkin untuk kasus yang meninggal di Tulungagung itu adalah sindroma jaundice akut (penyakit kuning akut) karena masih perlu data-data tambahan pemeriksaan laboratorium yang saat ini masih dikerjakan," kata Erwin di Surabaya.

Erwin mengatakan kini pihaknya pun sedang dalam proses mengirim sampel pasien itu, ke Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof dr Sulianti Saroso, di Jakarta.

"Kami kirim laporan ke RS Sulianti Saroso untuk back up. Nanti kalau datanya sudah lengkap akan kami sampaikan diagnosisnya seperti apa," ucapnya.

Dia menyebut kasus pasien meninggal di Tulungagung ini belum dapat diklasifikasikan dengan pasti. Diagnosis masih menunggu hasil pemeriksaan lanjutan yang dilakukan di Jakarta.

"Sementara istilahnya itu pending classification, jadi belum bisa dimasukkan ke diagnosis tertentu," ucap dia.

Lebih lanjut, kata Erwin, kasus ini juga tidak termasuk dalam data 114 kasus sindroma jaundice yang sebelumnya diungkap Dinkes Jatim melalui Sistem Kewaspadaan Diri dan Respons (SKDR).

"Bukan, beda lagi. 114 itu kan periode lewat sistem SKDR periode Minggu 1 Januari 2022 sampai 5 Mei. Dan itu sudah diklarifikasi teman-teman di lapangan kalau itu tidak terkait dengan hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya," ujar Erwin.

Erwin pun mengimbau agar masyarakat tak panik, dan tetap menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta protokol kesehatan.

"Kuncinya PHBS dan protokol kesehatan. Karena dengan itu hampir semua penyakit bisa dicegah bukan hanya hepatitis," pungkasnya.

Laporan kematian di Kabupaten Tulungagung itu menambah jumlah kasus kematian anak yang diduga akibat terinfeksi hepatitis misterius. Total sebanyak empat anak dilaporkan meninggal dunia, sementara WHO baru melaporkan satu kasus kematian yang terjadi pada anak di luar Indonesia.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebelumnya juga memastikan akan terus menyelidiki kasus kematian dengan dugaan mengidap hepatitis akut misterius. Kemenkes lantas meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan.

Kewaspadaan ini juga menjadi respons usai WHO menyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) pada kasus hepatitis akut misterius yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika, dan Asia. Hingga kini, belum diketahui penyebab hepatitis misterius yang muncul sejak 15 April lalu.

 

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar