China Ungkap Niat Jahat AS pada Perang Rusia-Ukraina

Sabtu, 30/04/2022 09:15 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Joe Biden (Tribun)

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Joe Biden (Tribun)

Jakarta, law-justice.co - Pemerintah China mengungkap niat jahat Amerika Serikat pada perang antara Rusia dengan Ukraina.  Menurut Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian Pemerintah AS menginginkan konflik Rusia-Ukaraina terus berlangsung dan tak menginginkan ada perdamaian.

Zhao mengatakan Pemerintah AS melakukan segala cara agar konflik kedua negara tersebut berlangsung selama mungkin.

“Sementara komunitas internasional menyerukan diakhirinya permusuhan, AS terus menambahkan bahan bakar ke api dan menunjukkan kesiapan untuk berperang sampai terakhir,” tegas Zhao, mengacu pada bantuan keuangan yang sedang berlangsung dan pengiriman senjata dari Washington ke Kiev, seperti dikutip dari Xinhua.

“Tujuan mereka sebenarnya bukan untuk mencapai perdamaian, tetapi memastikan konflik terus berlanjut. Seperti yang (Amerika) katakan sendiri, mereka ingin melemahkan Rusia,” katanya.

“Mengenai apakah AS membawa perdamaian atau perang, keamanan atau kekacauan" saya kira kita semua tahu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu,” tambah juru bicara itu.

Awal pekan ini, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengakui dengan membantu Kiev Washington ingin melihat “Rusia melemah hingga tidak dapat melakukan hal-hal seperti yang telah dilakukannya dalam menginvasi Ukraina.”

Sebelumnya pada Kamis (28/4), Presiden AS Joe Biden meminta Kongres untuk tambahan 33 miliar dolar AS dalam pendanaan untuk menopang Ukraina dalam konflik yang sedang berlangsung dengan Rusia.

Pada hari yang sama, anggota parlemen AS memberikan suara dalam skema pinjaman-sewa untuk Kiev. Jika disetujui oleh Presiden Joe Biden, akan lebih mudah bagi Washington untuk mengirim senjata ke Ukraina, tetapi negara itu pada akhirnya harus membayar pengiriman itu. Moskow telah memperingatkan bahwa langkah itu bisa membuat Ukraina jatuh ke dalam lubang utang yang akan mempengaruhi bangsa selama beberapa generasi.

Peristiwa di Ukraina telah menambah lebih banyak ketegangan pada hubungan antara Washington dan Beijing. Terlepas dari semua upayanya, pemerintahan Biden tidak dapat menekan China untuk mengutuk Rusia dan bergabung dengan sanksi internasional terhadapnya.

Beijing telah menyerukan perdamaian di Ukraina, tetapi menyalahkan pecahnya konflik di AS dan dorongannya untuk memperluas NATO dekat dengan perbatasan Rusia.

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar