Tanaman Penghasil Emas 5 Gram Tumbuh Subur, Indonesia Bisa Makin Kaya

Senin, 25/04/2022 06:01 WIB
Ilustrasi Emas. (Isitimewa).

Ilustrasi Emas. (Isitimewa).

Jakarta, law-justice.co - Pakar Biologi Tumbuhan Institut Pertanian Bogor (IPB), Hamim menyatakan bahwa Indonesia memiliki tanaman yang dapat menghasilkan emas dan menyerap berbagai logam berat yang terkandung di dalam tanah, utamanya melalui rantai makanan secara biologis.

Kata dia, setidaknya terdapat beberapa jenis tumbuhan yang mampu menyerap logam berat dalam jumlah besar atau hiperakumulator.

Dengan kemampuan tersebut, menurutnya tumbuhan itu dapat digunakan sebagai bahan pembersih lingkungan yang dikenal dengan sebutan fitoremediasi.

"Tanaman ini juga dapat digunakan untuk menambang logam-logam yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti nikel, perak, emas, platina dan talium atau kegiatan yang dikenal dengan fitomining," kata Hamim.

Hamim membeberkan tanaman penghasil emas ini banyak tersebar di wilayah Indonesia bagian timur, khususnya Kalimantan, Sulawesi, Maluku hingga Papua. Daerah tempat tanaman ini berkembang memiliki kandungan logam tinggi seperti tanah serpentin dan ultrabasa.

Selama ini, potensi tumbuhan hiperakumulator belum tergarap optimal. Oleh sebab itu, perhatian berbagai pihak dibutuhkan agar tanaman-tanaman terkait bisa dimanfaatkan untuk fitoremediasi dan fitomining.

Sebagai contoh, hasil eksplorasi tumbuhan sekitar tailing dam (lokasi limbah sisa pemisahan bijih logam mulia dengan material non-ekonomis) tambang emas PT Antam UBPE Pongkor. Hampir semua jenis tumbuhan di sana mampu mengakumulasi emas meski dalam kadar rendah.

Hamim mengatakan, salah satu jenis tanaman penghasil emas ini yaitu kelompok bayam-bayaman. Adapun kelompok bayam bayaman yang tumbuh di sekitar tailing memiliki kemampuan akumulasi emas tertinggi, tetapi karena biomassanya rendah, potensi fitomining-nya juga ikut rendah.

"Tanaman lembang (Typha angustifolia) juga cukup tinggi mengakumulasi logam emas (Au). Typha dapat menghasilkan 5-7 gram emas per hektar. Hal ini tentu memerlukan pendalaman lebih lanjut," ujarnya.

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar