Wahyu Triono C.S, Pendiri Kelompok Sembilan, Profesional dan Expert Lanskap Politik Indonesia (LPI).

Menelisik Lanskap Politik Indonesia

Sabtu, 23/04/2022 14:10 WIB
Lanskap politik Indonesia (antara)

Lanskap politik Indonesia (antara)

law-justice.co - Dalam khazanah politik –termasuk di Indonesia—identifikasi terhadap siapa lawan dan siapa kawan politik merupakan garis demarkasi yang mesti ditentukan secara jelas dan tegas.

Tetapi suatu ketentuan yang selalu dipegang oleh aktor politik adalah suatu adagium bahwa “Dalam politik tidak ada pertemanan yang abadi, tetapi yang ada adalah kepentingan yang abadi.”

Selain mengidentifikasi secara jelas dan tegas dalam garis demarkasi, siapa lawan dan siapa kawan seorang elite dan aktor politik mesti memainkan perannya sebagai politisi bukan akademisi, sehingga dikenal pula suatu istilah sangat poluler bahwa seorang politisi boleh “berbohong” tetapi tidak boleh salah, sedangkan seorang akademisi boleh “salah” tetapi tidak boleh berbohong.

Dramaturgi Politisi

Beranjak pada konsep dan teori dasar peran-peran yang akan dimainkan oleh elite dan aktor politik yang menjalankan politik strukturalis dalam meraih dan merebut kekuasaan maka akan memainkan suatu peran sebagai politisi, seperti teori dramaturgi yang dikemukakan sosiolog ternama Erving Goffman (1959), dalam bukunya yang berjudul “The Presentational of Self in Everyday Life” memperkenalkan konsep dramaturgi yang bersifat penampilan teateris.

Menurut Goffman, bahwa kehidupan sosial ini mirip pertunjukan drama di atas panggung, menampilkan peran-peran seperti yang dimainkan para aktor. Seperti aktor dalam drama, dalam interaksi sosial, kita akan berperan ganda, dua wajah yang berbeda, saat berada di panggung depan (front stage) dan di panggung belakang (back stage).

Konsep yang digunakan Goffman berasal dari gagasan-gagasan Burke, dengan demikian pendekatan dramaturgi sebagai salah satu varian interaksionisme simbolik yang sering menggunakan konsep “peran sosial” dalam menganalisis interaksi sosial, yang dipinjam dari khasanah teater. Peran adalah ekspektasi yang didefinisikan secara sosial yang dimainkan seseorang suatu situasi untuk memberikan citra tertentu kepada khalayak yang hadir.

Bagaimana sang aktor berperilaku bergantung kepada peran sosialnya dalam situasi tertentu. Fokus dramaturgi bukan konsep diri yang dibawa sang aktor dari situasi ke situasi lainnya atau keseluruhan jumlah pengalaman individu, melainkan diri yang tersituasikan secara sosial yang berkembang dan mengatur interaksi-interaksi spesifik. Menurut Goffman diri adalah “suatu hasil kerjasama” (collaborative manufacture) yang harus diproduksi baru dalam setiap peristiwa interaksi sosial.

Menurut interaksi simbolik, manusia belajar memainkan berbagai peran dan mengasumsikan identitas yang relevan dengan peran-peran ini, terlibat dalam kegiatan menunjukkan kepada satu sama lainnya siapa dan apa mereka.

Dalam konteks demikian, mereka menandai satu sama lain dan situasi-situasi yang mereka masuki, dan perilaku-perilaku berlangsung dalam konteks identitas sosial, makna dan definisi situasi.

Presentasi diri seperti yang ditunjukan Goffman, bertujuan memproduksi definisi situasi dan identitas sosial bagi para aktor, dan definisi situasi tersebut mempengaruhi ragam interaksi yang layak dan tidak layak bagi para aktor dalam situasi yang ada.

Goffman mengasumsikan bahwa ketika orang-orang berinteraksi, mereka ingin menyajikan suatu gambaran diri yang akan diterima orang lain. Ia menyebut upaya itu sebagai “pengelolaan pesan” (impression management), yaitu teknik-teknik yang digunakan aktor untuk memupuk kesan-kesan tertentu dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.

Dalam perspektif dramaturgi, untuk memainkan peran, biasanya sang aktor menggunakan bahasa verbal dan menampilkan perilaku nonverbal tertentu serta mengenakan atribut-atribut tertentu, misalnya kendaraan, pakaian dan asesoris lainnya yang sesuai dengan perannya dalam situasi tertentu.

Aktor harus memusatkan pikiran agar dia tidak keseleo lidah, menjaga kendali diri, melakukan gerak-gerik, menjaga nada suara dan mengekspresikan wajah yang sesuai dengan situasi.

Menapaki Jalan Kemenangan

Lanskap Politik Indonesia memasuki tahun-tahun politik menjelang 2024, panggung politik Indonesia akan diramaikan oleh para aktor yang akan menapaki jalan kemenangan (road to victory) dalam meraih dan merebut kekuasaan di Legislatif (DPR, DPD dan DPRD), di Eksekutif (Presiden, Wakil Presiden, Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota), serta posisi lain yang diinginkan oleh para aktor.

Dalam memainkan setiap peran itu, setiap aktor berada pada peran yang berkaitan dengan potensi, konvensi, koalisi dan kompetisi dalam meraih dan merebut kekuasaan tidak bisa dijalankan secara sendiri, tetapi memerlukan kelompok (komunal) yang akan bekerja simultan dan bersinergi menyuguhkan tontonan yang apik dalam suatu babak drama di panggung politik.

Berikut ini adalah 6 Tips Sukses Kandidat (TSK) sebagai panduan bagi setiap aktor memainkan berbagai peran yang akan dipandu oleh para konsultan dan dijalankan oleh Tim Sukses Kandidat (TSK) untuk para aktor menapaki jalan kemenangan (road to victory).

Bersama Lanskap Politik Indonesia akan merencanakan kemenangan (winning plan) dan percayakan itu kepada yang tahu bangaimana caranya.

Beberapa persyaratan dan tahapan yang mesti dilakukan oleh setiap aktor untuk menapaki jalan kemanangan adalah sebagai berikut: Pertama, Terdaftar Sebagai Kandidat (TSK-1). Para aktor politik tidak mungkin bisa dibantu oleh sebuah tim bila tidak terdaftar sebagai kandidat pada panitia pemilihan atau Komisi Pemilihan Umum (KPU). Pastikan bahwa aktor Terdaftar Sebagai Kandidat. Dengan terdaftar sebagai kandidat berarti seorang aktor memiliki kualitas untuk posisi yang ia inginkan. Meskipun demikian, perhatikan dengan cermat apakah sejumlah riwayat seorang aktor, track record, jejak rekam, harapan, kelebihan dan keterbatasan serta semua potensi, konvensi, koalisi dan jejaring yang dimiliki sudah dipastikan akan menjadi kandidat yang berkualitas di daerah pemilihan para aktor untuk posisi yang diinginkan sekarang ini.

Kedua, Tim Sukses Kandidat (TSK-2). Sepiawai apapun seorang aktor berpolitik dan menguasai manajemen kampanye, ia tidak mungkin bekerja dan memenangkan pemilu sendirian. Saatnya seorang aktor mempersiapkan Sumber Daya Manusia, Sumber Dana dan Waktu. Bagaimana keterlibatan orang-orang terdekat (istri/suami, anak, orang tua saudara dan family terdekat) Bagaimana dapat meyakinkan orang lain bila orang-orang terdekat tidak mendukung seorang aktor. Sebagai kandidat, tugas seorang aktor bukan menyusun strategi, bukan mengelola dana kampanye dan menyusun jadwal kampanye, tugas seorang aktor adalah bertemu dengan para calon pemilih setiap saat dan setiap waktu dan meyakinkan para calon pemilih untuk memilihnya. Semua manajemen kampanye harus dipercayakan pada orang-orang dekat yang dipercaya. Soerang aktor harus memiliki seorang Manajer Kampanye, Tim Sukses, konsultan politik dan konsultan kampanye. Jangan buang waktu percuma, karena tugas utama seorang aktor bertemu dengan para calon pemilih dan meyakinkan mereka untuk memilih anda.

Ketiga, Telaah Survei Kandidat (TSK-3). Siapakah yang diberi tanggungjawab untuk melakukan telaah terhadap survei kandidat. Pastikan manajer kampanye memiliki surveyor, ahli dan analis hasil survei kandidat. Pastikan pula ada yang menyusun berbagai etno politik, yaitu tentang perbandingan politik berdasarkan sejarah, asal usul, perkembangan dan persebaran tata susunan politik dalam masyarakat dan membuat database berdasarkan perkembangan politik mutahir. Dan melakukan riset, survei dan polling sebagai alat dan teknik yang dipergunakan untuk mengumpulkan berbagai informasi dan melakukan analisis dan tindakan yang didasarkan pada suatu perencanaan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah sehingga keputusan dan langkah-langkah strategis yang akan dilakukan bersifat logis, rasional, obyektif dan memenuhi kaedah manajemen: efektif, efisien dan akuntabel.

Keempat, Training & Strategi Kandidat (TSK-4). Semestinya ada berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Tim Sukses Kandidat antara lain training, pendidikan dan pelatihan bagi Tim Sukses Kandidat serta menyusun berbagai strategi, target sosialisasi, kampanye dan pemenangan. Pastikan bagaimana Tim Sukses Kandidat melakukan berbagai pendidikan, pelatihan dan training, menyusun visi, misi, program dan pemenangan, menyusun isu dan tema pemenangan, menyusun dan mendesain pernak-pernik kampanye, menyusun panduan pemenangan, menyusun strategi sosialisasi dan kampanye pemenangan, menyusun strategi menyerap aspirasi rakyat sebagai evaluasi perkiraan dukungan suara, menyusun buku panduan tim pemenangan, menyusun panduan monitoring dan evaluasi.

Kelima,Target Sosialisasi Kandidat (TSK-5). Kegiatan ini adalah rangkaian kegiatan sosialisasi visi, misi, program utama dan program pemenangan kandidat. Pastikan bagaimana sosialisasi visi, misi dan program utama kandidat dilaksanakan, sosialisasi pemenangan kandidat melalui media, gerakan propaganda, agitasi dan provokasi untuk membentuk opini dan kontra opini, membangun opini secara permanen melalui penerbitan (brosur, pamplet, jurnal berkala dan pernak-pernik kampanye lainnya), melakukan debate, tolkshow, public dialogue, seminar dan lainnya, aksi sosial secara nyata, program percontohan, memediasi, pendampingan (advokasi), dan memfasilitasi berbagai permasalahan sosial dan kemanusiaan di masyarakat dan pelayanan pengaduan masyarakat, SMS/WA Center: ”Suara Publik (Public Speeching)”.

Keenam, Tabulasi Suara Kandidat (TSK-6). Suatu kegiatan untuk memastikan bahwa seorang aktor sukses sebagai kandidat. Berapa jumlah pemilih dan berapa jumlah suara yang diperlukan? Apakah dukungan suara telah dapat dipastikan bahwa seorang aktor telah memenangkan pemilu. Pastikan ada yang melakukan penyelidikan, penggalangan dan pengamanan suara! Sampai seorang aktor (kandidat) dinyatakan sebagai pemenang!

Penutup

Dalam Lanskap Politik Indonesia semacam itu dimana panggung politik Indonesia akan diraimakan oleh para aktor yang akan mengambil peran menapaki jalan kemenangan (road to victory) dalam meraih dan merebut kekuasaan di Legislatif (DPR, DPD dan DPRD), di Eksekutif (Presiden, Wakil Presiden, Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota), serta posisi lain yang diinginkan oleh para aktor.

Dimana posisi ANDA? Lanskap Politik Indonesia menjelang 2024 akan ditentukan oleh siapa saja yang mengambil peran dan “Hanya Petarung Sejati yang Berhak Menyandang Predikat Sebagai Pemenang atau Pecundang.”

 

(Tim Liputan News\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar