Soal Ade Armando Dikeroyok, Rocky: Dia itu Korban Big Data dari Istana
Pengamat Politik, Rocky Gerung. (Pikiran Rakyat).
Jakarta, law-justice.co - Hingga saat ini, peristiwa pengeroyokan terhadap dosen sekaligus pegiat media sosial, Ade Armando dalam aksi unjuk rasa BEM SI 11 April lalu masih menjadi sorotan.
Tak hanya dikeroyok, Ade Armando juga diteriaki dan ditelanjangi hingga celananya lepas.
Menanggapi hal itu, Pengamat Politik, Rocky Gerung ikut mengecam pengeroyokan itu.
Lebih lanjut, Rocky menyatakan bahwa Ade Armando adalah korban dari istana, khususnya terkait pernyataan big data.
"Sekarang Ade Armando sebenarnya jadi korban big data kan," ungkap Rocky Gerung.
"Jadi sekali lagi perlu ditegaskan, Ade Armando adalah korban elemen dendam yang beroperasi dalam sosial teks kita yang justru diproduksi oleh istana karena istana tidak bisa meredam isu big data dari awal," imbuhnya.
Isu big data sendiri mencuat usai Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan yang menyatakan bahwa ia memiliki big data.
Big data ini berisi tentang mayoritas warga yang setuju dengan penundaan pemilu.
"Ini adalah pelajaran bagi mereka yang mengandalkan big data, seolah-olah big data itu jadi alat bertahan dalam kekuasaan," kata Rocky Gerung.
Isu Big Data
Salah satu isu politik yang paling banyak dibahas beberapa waktu belakangan adalah perkara penundaan pemilihan umum.
Bahkan sempat beredar narasi ada big data yang mencakup 110 juta warga yang mendukung penundaan pemilu tahun 2024 mendatang.
Yang sempat mencetuskan perkara big data ini adalah dari pihak Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.
Namun belakangan klaimnya mengenai big data pendukung penundaan pemilu banyak disangsikan oleh masyarakat.
Bukan tanpa alasan, pasalnya Luhut hingga demo terjadi masih ogah mengungkap isi big data tersebut.
Komentar