Mayat-mayat Menumpuk, Hong Kong Kewalahan Dilanda Gelombang Covid-19

Rabu, 06/04/2022 12:20 WIB
Mayat-mayat di tumpuk akibat kelebihan kapasitas di rumah duka (Reuters)

Mayat-mayat di tumpuk akibat kelebihan kapasitas di rumah duka (Reuters)

Hong Kong, law-justice.co - Gelombang virus Corona (COVID-19) yang terus melanda Hong Kong membuat kewalahan para penyedia jasa pemakaman. Pasokan peti mati kayu mulai menipis saat otoritas setempat bergegas menambah jumlah kamar mayat dalam menghadapi banyaknya kematian akibat Corona.


Seperti dilansir Reuters, Rabu (6/4/2022), mayat-mayat memenuhi rumah duka setempat saat gelombang kelima Corona yang melanda Hong Kong tahun ini dilaporkan memicu total lebih dari 1 juta kasus dan lebih dari 8.000 kematian.

Pemandangan mayat-mayat menumpuk di ruang gawat darurat, bahkan di sebelah para pasien, telah mengejutkan banyak pihak di tengah terisi penuhnya kamar-kamar mayat setempat.

"Saya belum pernah melihat begitu banyak mayat ditumpuk bersama-sama," tutur seorang direktur jasa pemakaman setempat, Lok Chung (37), yang telah bekerja nonstop dengan sekitar 40 pemakaman digelar pihaknya pada Maret lalu -- meningkat dari rata-rata 15 pemakaman setiap bulannya.

"Saya tidak pernah melihat anggota keluarga begitu kesal, begitu kecewa, begitu tidak berdaya," imbuhnya kepada Reuters.

Chung menambahkan bahwa penantian lama dalam memproses dokumen kematian turut menghambat kinerjanya. Pekan lalu, dia harus bergegas dari kamar mayat untuk mengurusi pengaturan pemakaman untuk pasien-pasien Corona.

Disebutkan Chung bahwa keluarga seorang wanita yang meninggal pada 1 Maret masih harus menunggu dokumen untuk mengambil jenazahnya.

Dalam penuturannya, Chung juga menyebut adanya kekurangan replika kertas tradisional untuk barang-barang menyerupai mobil hingga rumah dan barang-barang pribadi lainnya, yang dibakar sebagai persembahan saat seremoni pemakaman ala China yang diyakini akan digunakan orang mati di akhirat.

Sebagian besar keterlambatan dalam pasokan barang-barang tersebut disebabkan oleh kemacetan transportasi dari kota Shenzhen, yang memasok banyak barang, namun sekarang tengah menghadapi wabah Corona-nya sendiri. Perbatasan dengan Hong Kong juga sebagian besar ditutup akibat pandemi Corona.

Tidak hanya itu, banyak penularan Corona di kalangan pegawai rumah duka juga memberikan tantangan signifikan. "Hampir seperempat orang tidak bisa bekerja. Jadi beberapa rumah duka harus mengumpulkan staf di kalangan mereka sendiri untuk tetap bisa bekerja," tutur direktur jasa pemakaman lainnya, Hades Chan (31).

Pejabat pangan dan kebersihan Hong Kong, Irene Young, menyebut China memasok lebih dari 95 persen dari 250 hingga 300 peti mati yang dibutuhkan Hong Kong setiap harinya. Young menyatakan pihaknya menerima lebih dari 3.750 peti mati untuk periode 14-26 Maret, setelah Hong Kong berkoordinasi dengan China daratan.


Enam krematorium sekarang beroperasi hampir sepanjang waktu oleh departemen pangan dan kebersihan Hong Kong, yang melakukan nyaris 300 kremasi dalam sehari, atau dua kali lipat dari biasanya.

Kamar mayat umum, sebut otoritas Hong Kong, telah diperluas untuk mengakomodasi 4.600 mayat dari tadinya hanya 1.350 mayat saja.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar