Skenario Terburuk WHO soal Ancaman Baru Pandemi Covid-19

Sabtu, 02/04/2022 09:08 WIB
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus (CNN)

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus (CNN)

Jakarta, law-justice.co - Skenario perkembangan virus Corona di waktu mendatang sudah diprediksi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Adapun tiga skenario tersebut termasuk dalam rilisan rencana terbaru untuk Covid-19.

Melansir Reuters, di dalamnya, WHO menjabarkan strategi utama yang akan memungkinkan dunia untuk mengakhiri fase darurat pandemi jika diterapkan pada 2022. Menurut WHO, dalam skenario terburuk, virus corona berubah menjadi ancaman baru yang sangat menular dan mematikan.

Dalam skenario ini, vaksin akan menjadi kurang efektif dan kekebalan terhadap gejala penyakit parah dan kematian akan berkurang dengan cepat. Jika ini terjadi, dunia membutuhkan perubahan signifikan pada vaksin saat ini, dan perlu kampanye luas suntikan booster untuk kelompok rentan.

"Dalam skenario terburuk, varian yang lebih ganas dan sangat mudah menular muncul. Terhadap ancaman baru ini, perlindungan orang terhadap penyakit parah dan kematian, baik dari vaksinasi atau infeksi sebelumnya, akan berkurang dengan cepat," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip Jumat (1/4/2022).

Namun, dalam skenario kasus, virus corona nantinya tidak akan menyebabkan wabah yang terlalu parah dengan lonjakan penularan berkala saat kekebalan berkurang. Namun, vaksin booster mungkin diperlukan bagi mereka yang paling berisiko.

Sama seperti virus lain, SARS-CoV-2 kemungkinan akan menjadi virus musiman, dengan puncak penyebarannya muncul pada bulan-bulan yang lebih dingin, mirip dengan influenza.

"Berdasarkan apa yang kita ketahui sekarang, skenario yang paling mungkin adalah bahwa Covid-19 terus berkembang, tetapi tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkannya berkurang seiring waktu karena kekebalan meningkat karena vaksinasi dan infeksi," imbuh Tedros.

Sementara dalam skenario terbaik, varian virus masa depan akan berkurang tingkat keparahannya secara signifikan, perlindungan dari penyakit akan bertahan lama, dan tanpa perlu peningkatan atau perubahan signifikan pada vaksin saat ini.

"Dalam skenario kasus terbaik, kita mungkin melihat varian yang lebih ringan muncul, dan booster atau formulasi vaksin baru tidak akan diperlukan," tambahnya.

Untuk membantu mengakhiri keadaan darurat, WHO juga meminta negara-negara untuk melanjutkan atau meningkatkan kemampuan pengawasan virus untuk memungkinkan tanda-tanda peringatan dini perubahan signifikan dalam virus.

Mereka juga menyerukan peningkatan deteksi Covid panjang, untuk melacak dan mengurangi kecacatan jangka panjang setelah pandemi berakhir.

Saat ini, jumlah kasus virus corona di dunia sudah melebihi 489 juta kasus, 6,1 juta kematian, dan 424 juta orang berhasil sembuh, menurut data Worldometers. Sejumlah negara tercatat telah memasuki fase endemi.

(Nikolaus Tolen\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar