PBB Ungkap Jumlah Dana untuk Hindari Afghanistan dari Krisis Pangan

Jum'at, 01/04/2022 22:35 WIB
Sekjen PBB Antonia Guterres (tribun)

Sekjen PBB Antonia Guterres (tribun)

Jakarta, law-justice.co - Krisis pangan tengah menghantui Afghanistan saat ini. Dan untuk menghindari krisis tersebut, Afghanistan membutuhkan dana sekitar 4,4 miliar dolar AS atau setara sekitar Rp 63 triliun.

Untuk menyelamatkan kondisi Afghanistan, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Antonio Guterres meluncurkan penggalangan dana virtual bersama Inggris, Jerman dan Qatar untuk mencapai target itu.

Guterres pada Kamis (31/3) menjelaskan, bahwa beberapa warga Afghanistan telah terpaksa menjual anak-anak mereka dan bagian tubuh mereka untuk mendapatkan uang untuk membeli makanan, dan hampir semua warga Afghanistan kini tidak memiliki sumber pangan yang memadai.

Menurutnya, di pedesaan Afghanistan yang termiskin, anak perempuan sebelum pubertas sering dinikahkan, dan keluarga mereka menerima mas kawin sebagai sumber penghasilan.

Guterres juga mengutip laporan Kelompok-kelompok bantuan yang telah mendokumentasikan beberapa kasus anak-anak yang dijual oleh orang tua yang putus asa, tetapi praktik semacam itu diyakini tidak meluas.

“Tanpa tindakan segera, Afghanistan menghadapi krisis kelaparan dan kekurangan gizi. Orang-orang sudah menjual anak-anak mereka dan bagian tubuh mereka untuk memberi makan keluarga mereka," ujar Guterres, dikutip dari The Hill.

Melihat kondisi tersebut, Guterres memulai penggalangan dana virtual yang didukung oleh Inggris, Jerman dan Qatar, yang tujuannya untuk menggalang dana hingga 4,4 miliar dolar AS.

Guterres meminta dunia untuk berbelas kasih terhadap warga Afghanistan yang haknya dilucuti, terutama kaum wanita dan anak perempuan, setelah Taliban menguasai negara itu sejak Agustus lalu.

Sejak itu, negara-negara maju telah mencoba menekan keuangan Taliban dengan harapan mereka akan melakukan reformasi yang diinginkan.

Banyak negara Barat terutama Amerika Serikat yang membekukan aset Afghanistan di luar negeri senilai 9 miliar dolar AS, sehingga Taliban tidak dapat mengaksesnya.

“Negara-negara kaya dan kuat tidak dapat mengabaikan konsekuensi dari keputusan mereka terhadap warga Afghanistan,” ujar Guterres.

“Sekitar 95 persen orang tidak memiliki cukup makanan, dan sembilan juta orang berisiko kelaparan. Mereka berada di ambang kematian,” tambahnya.

Ketika PBB bekerja untuk menggalang dana itu, Menteri Luar Negeri Inggris, Liz Truss mengatakan Inggris akan memberi dukungan 380 juta dolar AS mulai tahun 2021.

Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock mengatakan negaranya juga menyumbang 220 juta dolar AS. Sementara Qatar mengatakan telah menyumbang 50 juta dolar AS dalam beberapa bulan terakhir, dan menjanjikan 25 juta lagi untuk tahun 2022.

Linda Thomas-Greenfield, duta besar Amerika Serikat untuk PBB, mengatakan AS telah menyumbang hampir 204 juta dolar AS.

“Bantuan kemanusiaan ini, seperti semua bantuan dari Amerika Serikat, akan langsung disalurkan ke LSM dan PBB,” ujar Thomas-Greenfield.

“Taliban tidak akan mengendalikan pendanaan kemanusiaan kami,” tambahnya.

Secara total, negara-negara donor sejauh ini telah menjanjikan 2,4 miliar dolar AS, lebih dari setengah permintaan Guterres di konferensi tersebut.

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar