Disaat Dunia Berlomba Akhiri Pandemi, China Masih Sibuk Lockdown?

Minggu, 13/03/2022 20:50 WIB
China masih menghadapi lonjakan besar kasus varian omicron dan memberlakukan lockdown (Reuters)

China masih menghadapi lonjakan besar kasus varian omicron dan memberlakukan lockdown (Reuters)

Beijing, Tiongkok, law-justice.co - Jutaan orang di berbagai provinsi di China harus mengalami penguncian (lockdown) hingga Minggu (13/3/2022) waktu setempat. Hal itu tak lepas dari kenaikan kasus Covid-19 menjadi hampir 3.400.

Seperti dikutip AFP, lonjakan kasus secara nasional telah membuat otoritas menutup sekolah di Shanghai, pusat teknologi di Shenzhen, dan seluruh kota di timur laut China. Ini karena 18 provinsi sedang berusaha mengatasi kenaikan kasus Covid-19.

Sebagian wilayah Kota Jilin, pusat wabah di timur Laut, sebagian dikunci pada Sabtu (12/3/2022). Sementara penduduk Yanji, daerah perkotaan dengan hampir 700 ribu penduduk dan berbatasan dengan Korea Utara `dikurung` di rumah mereka pada hari ini.

China, negara pertama yang mengumumkan kasus Covid-19 pada akhir 2019, telah mempertahankan kebijakan Zero Covid yang ditegakkan dengan penguncian cepat, pembatasan perjalanan, dan pengujian massal ketika klaster telah muncul. Akan tetapi, gejolak terbaru yang didorong oleh transmisi lokal virus Corona varian Omicron yang sangat menular diikuti lonjakan kasus Covid-19 tanpa gejala sedang menguji kemanjuran pendekatan itu.

Pejabat Komisi Kesehatan Jilin Zhang Yan mengaku mekanisme tanggap darurat di beberapa daerah tidak cukup kuat.

"Ada pemahaman yang kurang terkait karakteristik varian Omicron dan penilaiannya tidak akurat," ujarnya dalam konferensi pers, Minggu (13/3/2022).

Penduduk Jilin telah menuntaskan enam putaran tes massal. Hasilnya ditemukan lebih dari 2.200 kasus Covid-19 varian Omicron sejak kemarin.

Kota tetangga Changchun, basis industri dengan populasi 9 juta orang, ditutup sejak Jumat (11/3/2022). Sedangkan tiga kota kecil lainnya telah dikunci sejak 1 Maret lalu.

Wali Kota Jilin dan Kepala Komisi Kesehatan Changchun telah dipecat per Sabtu lalu.

Di Shenzhen, kota selatan China berpenduduk 13 juta orang yang berbatasan dengan Hong Kong turut gelisah. Mereka mempertanyakan penutupan kota yang dilakukan pemerintah.

"Ini yang terburuk sejak 2000," ujar seorang warga Shenzhen bermarga Zhang kepada AFP. "Penutupannya terlalu mendadak," lanjutnya.

Distrik Futian di Shenzhen yang dikunci pada Minggu (13/3/2022) adalah rumah bagi 300 ribu orang. Ia berbagi perbatasan darat dengan Hong Kong, di mana kenaikan kasus selama beberapa pekan terakhir telah mengkhawatirkan para pejabat di Beijing.

Hong Kong saat ini memiliki salah satu tingkat kematian tertinggi dunia akibat Covid-19 varian Omicron. Kebanyakan yang meninggal adalah lansia yang meragukan vaksinasi.

Di Shanghai, kota terbesar di China, pihak berwenang sementara ini menutup sekolah, restoran hingga mall. Pihak berwenang pun menyarankan agar masyarakat tidak meninggalkan kota kecuali dalam keadaan mendesak.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar