Ibu Kota Negara Pindah

Pemerintah Diminta Hitung Ulang Potensi Penumpang Kereta Cepat

Minggu, 13/02/2022 19:14 WIB
Prototype Kereta Cepat Jakarta Bandung (ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah

Prototype Kereta Cepat Jakarta Bandung (ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah

Jakarta, law-justice.co - Pemindahan ibu kota negara (IKN) baru dari Jakarta ke Kalimantan Timur menuai sorotan dari sejumlah pihak.

Salah satu yang turut angkat bicara soal pemindahan IKN baru itu, yakni PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).

Pemindahan IKN baru tampaknya disoroti lantaran kereta cepat yang tengah dibuat akan melayani penumpang dengan rute Jakarta-Bandung.

Menyikapi persoalan tersebut, PT KCIC melalui Presiden Direktur KCIC Dwiyana Slamet Riyadi menilai bahwa pemindahan IKN baru tidak akan mempengaruhi potensi penumpang kereta cepat.

Potensi penumpang kereta cepat itu menurutnya masih ada lantaran Jakarta masih akan menjadi pusat ekonomi, bisnis, hingga perdagangan.

Selain itu, kata dia, kereta cepat Jakarta-Bandung ini akan melalui daerah-daerah industri yang sedang tumbuh di sepanjang jalur.

"Pemindahan IKN tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah penumpang mengingat Kota Jakarta masih tetap menjadi kota perdagangan utama dan akan tetap mendorong pertumbuhan ekonomi di sekitarnya," ujar Dwiyana.

Dia lantas memaparkan terkait hasil riset Polar UI pada 2021 tentang potensi penumpang kereta cepat.

Berdasarkan riset tersebut, potensi penumpang harian kereta cepat diperkirakan bisa mengangkut 30.000 orang per harinya.

Akan tetapi, kata Dwiyana, hasil riset tersebut lebih rendah apabila dibandingkan dengan riset LAPI ITB yang menyatakan angka pengguna harian bisa mencapai 61.000 penumpang.

"Penurunan permintaan ini terjadi karena riset Polar UI didasari pada kondisi pandemi Covid-19 dan dampak turunan lainnya yang berimbas pada turunnya mobilitas warga," katanya.

Menurutnya, jumlah penumpang kereta cepat Jakarta-Bandung ini bisa terdampak pandemi Covid-19. Hal ini juga bisa memengaruhi proyeksi pengangkutan hingga lima tahun ke depan.

"Perhitungan demand forecast yang terkini menggunakan pendekatan serta asumsi pertumbuhan yang konservatif, terutama di lima tahun pertama masa pengoperasian," katanya seperti dikutip dari Antara.

"Tentu kami terus berharap pandemi ini segera usai sehingga mobilitas warga bisa kembali normal," sambung Dwiyana.

Selain itu, dia meyakini potensi perekonomian akan segera membaik seiring dengan kembalinya aktivitas manusia setelah pandemi Covid-19.

(Tim Liputan News\Yudi Rachman)

Share:




Berita Terkait

Komentar