Tradisi Ngemblok, Rembang, Jawa Tengah: Perempuan Meminang Laki-laki

Minggu, 06/02/2022 11:02 WIB
Ilustrasi (pixabay.com)

Ilustrasi (pixabay.com)

Jakarta, law-justice.co - Di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah dikenal tradisi Ngemblok yang merupakan tradisi pinangan.

Seperti melansir, lib.unnes.ac.id, tradisi dilakukan masyarakat nelayan sebagai bentuk warisan leluhur dari dahulu sampai sekarang.

Tradisi Ngemblok adalah tradisi perempuan meminang laki-laki dengan membawa makanan, minuman, atau barang-barang lain dalam jumlah banyak.

Konon, barang bawaan ini menjadi pengikat atau panjer untuk pada seorang laki-laki.

Keunikan tradisi Ngemblok adalah adanya konsekuensi pengembalian panjer apabila gagal dilaksanakan.

Tradisi Ngemblok berbeda dengan tradisi pinangan yang umum terjadi di Jawa Tengah. Karena umumnya di Jawa Tengah, pola peminangan adalah laki-laki melamar perempuan.

Awalnya, tradisi ini berlangsung dari Kecamatan Rembang sampai Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang. Namun, lama kelamaan pengikutnya semakin berkurang.

Ada empat kecamatan di Rembang yang masih melaksanakan, yaitu Kecamatan Sarang, Kecamatan Sluke, Kecamatan Sedan, dan Kecamatan Kragan.

Tradisi Ngemblok dilestarikan sebagai penghormatan terhadap peninggalan masa lalu. Selain itu, tradisi ini berfungsi sebagai rasa syukur pada Yang Kuasa serta sebagai pengendali sosial atau pengawas agar norma-norma masyarakat selalu dipatuhi.

Bentuk Tradisi Ngemblok yaitu pihak perempuan datang ke rumah pihak laki-laki dengan membawa hadiah, berupa makanan, minuman, maupun buah-buahan sebagai panjer atau pengikat kapada seorang laki-laki.

Dalam Tradisi Ngemblok, kedua belah pihak memiliki kesempatan untuk nakokake (menanyakan), nontoni (melihat), dan ngemblok.

Adapun persiapan-persiapan Tradisi Ngemblok adalah:

Persiapan pembuatan jajanan Ngemblok, pembuatan bisa dilakukan beberapa hari sebelum tradisi dilaksanakan.

Barang-barang yang dibawa saat pelaksaan Tradisi Ngemblok, yaitu jajanan (wajib), makanan (wajib), buah-buahan, minuman, dan bahan-bahan baku
Jenis transportasi yang digunakan adalah dokar, becak atau bahkan dipikul dengan menggunakan tenaga manusia. Namun seiring perubahan zaman penggunaan transportasi berganti dengan mobil, tosa, maupun sepeda motor.

Tradisi Ngemblok Mengandung Sanksi Sosial

Keunikan tradisi Ngemblok adalah tradisi ini memiliki sanksi sosial jika kesepakatan tradisi ngemblok gagal dilaksanakan.

Sanksinya tidak hanya rasa malu dari kedua belah pihak tetapi ada konsekuensi mengembalikan panjer yang dibebankan keluarga laki-laki.

Kondisi ini berlaku apabila yang membatalkan Tradisi Ngemblok adalah pihak laki-laki.

Namun kalau yang membatalkan pihak perempuan, maka keharusan pengembalian panjer tidak berlaku.

Sedangkan, besarnya panjer yang dikembalikan kepada pihak perempuan minimal sama dengan besarnya panjer yang diterima keluarga laki-laki. Bahkan, jumlahnya bisa dua kali lipat.

Perubahan pada Tradisi Ngemblok

Seiring dengan perkembangan zaman dan globalisasi, Tradisi Ngemblok telah mengalami perubahan.

Perubahan ini ditandai dengan satu atau beberapa unsur kebudayaan yang ditambahi, dikurangi, atau bahkan dihilangkan.

Dalam variasi panjer yang dibawa, yaitu minuman limun (minuman sari buah yang dibuat masyarakat) diganti dengan softdrink dengan alasan lebih praktis.

Perubahan lain dalam proses pelaksanaannya, yaitu semakin longgarnya pola peminangan dan semakin longgarnya ikatan perjodohan pada tradisi Ngemblok.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar