K.H. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

`Hidupkan`Kembali Gus Dur di NU dan Arah Politik PBNU di Pemilu 2024

Rabu, 02/02/2022 07:00 WIB
Ketua Umum PBNU, Gus Yahya saat wawancara eksklusif bersama media Law-Justice.co (Foto: Law-Justice.co)

Ketua Umum PBNU, Gus Yahya saat wawancara eksklusif bersama media Law-Justice.co (Foto: Law-Justice.co)

[INTRO]
K.H. Yahya Cholil Staquf atau yang biasa akrab disapa Gus Yahya, yang baru saja terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama masa khidmat 2022-2027. 
 
Pada masa khidmat 2015-2021, Gus Yahya menjabat sebagai Katib `Aam PBNU. Sebelum akhirnya ia terpilih menjadi Ketum PBNU pada Muktamar NU yang ke 34 di Lampung.
 
Gus Yahya lahir di Rembang, Jawa Tengah, tanggal 16 Februari 1966. Ia juga merupakan putra dari salah satu pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) K.H. Muhammad Cholil Bisri.
 
Selain itu, ia juga merupakan kakak kandung dari Menteri Agama Kabinet Indonesia Maju, Yaqut Cholil Qoumas atau yang akrab disapa Gus Yaqut. Gus Yahya menjelaskan awal mula dirinya memutuskan untuk maju dalam kontestasi pemilihan Ketua Umum PBNU 2022-2027.
 
Pada awalnya, ia melihat perkembangan dan diskusi bersama teman-teman dari NU dan dari diskusi tersebut ditemukan beberapa poin penting yang menjadi masalah. "Saya punya gagasan tentang bagaimana mengatasi permasalahan di PBNU itu sekitar pertengahan 2020 mulai serius untuk maju sebagai ketum PBNU," ujar Gus Yahya dalam wawancara eksklusifnya bersama Law-Justice.
 
Saat itu, Gus Yahya mulai berbicara dengan lingkaran pertemanan yang lebih luas untuk jalan itu dan terutama kegelisahan yang terjadi tentang NU. Kemudian, ia menulis beberapa kegelisahan antara ia dan teman teman untuk menjadi buku mengenai PBNU. "Itu memicu pembicaraan mengenai kesediaan untuk maju jadi ketum PBNU," imbuhnyaK
 
Menghidupkan Kembali Gus Dur
 
Ketika Abdurrahman Wahid atau yang biasa akrab disapa Gus Dur menjadi Presiden ke 4, Gus Yahya merupakan salah satu juru bicara kepresidenan saat itu. Ia pun bertekad untuk menghidupkan kembali Gus Dur dalam struktural organisasi PBNU setelah merumuskan beberapa gagasan.
 
"Selama ini, saya sering diajari oleh Gus Dur dan kebetulan tahun 2019 awal ada yang ingin menulis tentang Gus Dur melalui kacamata saya setelah itu ditulis dengan judul menghidupkan Gus Dur dan itu prosesnya agak lama juga,"katanya. 
 
Mantan Jubir Gus Dur tersebut mengatakan bila secara singkat Gus Dur itu bisa dipandang mewakili dua komponen paling dasar yaitu idealisme dan visi. Ia mengatakan idealisme Gus Dur itu kemanusiaan secara universal untuk mengikhtiarkan kemaslahatan semua orang. 
 
Sedangkan visinya itu adalah mengupayakan transformasi dari realitas untuk merubah kondisi masyarakat menjadi kondisi yang lebih baik. Gus Yahya menyatakan dua poin utama itu yang selama ini diperjuangkan oleh Gus Dur dalam perkembangan islam di Indonesia.
 
"Saya bersama rekan rekan di NU ini ditransformasikan oleh Gus Dur sampai kepada mindset terhadap Islam Gus Dur berhasil menciptakan transformasi itu dalam berbagai bidang seperti ekonomi, budaya, sosial, wawasan keagamaan dan seterusnya," katanya.
 
Kakak kandung dari Menteri Agama Gus Yaqut ini menuturkan yang menjadi gagasan fundamental tentang menghidupkan Gus Dur. Secara operasional agar NU sebagai organisasi ini punya kinerja yang membawa dampak yang dihasilkan oleh Gus Dur dulu dampak yang transformatif. Serta sasaran perjuangan dari organisasi tersebut adalah kemanusiaan yang universal dan humanisme. 
 
Ia juga menceritakan ketika menjadi juru bicara Gus Dur sebagai presiden, hubungan ia bersama Gus Dur menjadi lebih intens walaupun ketika itu ada empat juru bicara kepresidenan. 
 
"Saya lebih beruntung karena punya banyak kesempatan untuk ngobrol berdua dengan Gus Dur sangat intens sekali walaupun saya sudah sangat tertarik belajar tentang Gus Dur pada tahun 1984," tuturnya. 
 
Gus Yahya menyebutkan kalau dirinya baru bertemu secara langsung dengan Gus Dur pada tahun 1987 dan ia mengobrol langsung dengan Gus Dur. Ia mengakui membaca hampir semua tulisan Gus Dur dalam berbagai jurnal dan riset. Ia  juga ingin mengikuti Gus Dur karena baginya panutan yang harus diikuti.
 
"Kebetulan Gus Dur itu sangat dekat dengan keluarga saya sehingga Gus Dur sering datang kerumah kami walaupun saya tidak terlibat dalam pembicaraan tapi saya hanya mendengarkan," ungkapnya.
 
Ketum PBNU tersebut mengenang masa masa saat bersama Gus Dur dan dari sekian banyaknya pemikiran Gus Dur ada satu yang paling dia ingat. "Perkataan yang paling saya ingat dari Gusdur sampai saat ini adalah bahwa segala sesuatu tergantung pada kehendak Allah setelah kita melakukan usaha sekeras apapun," katanya. 
 
"Ikhtiar itu wajib tapi hasil gantungkan lagi pada kehendak Allah, dalam semua hal ada banyak variabel yang terlibat dan tak mungkin bisa dikalkulasi," sambungnya.
 
Ketum PBNU Gus Yahya sebut Gus Dur memiliki pengaruh besar dalam perjalanan hidupnya (Foto: Law-Justice)
 
NU dan Politik Praktis
 
Gus Yahya memaparkan pada Muktamar ke 28 di Yogyakarta menghasilkan tentang panduan berpolitik untuk warga NU. Hal itu berarti NU tidak boleh ikut berpolitik secara kelembagaan tetapi warga NU bebas menyalurkan aspirasinya kemana saja dengan cara apa saja sepanjang diniati sebagai ibadah untuk mengikhtiarkan kemaslahatan. 
 
"Ini ditegaskan kalau NU tidak boleh ikut dalam politik praktis sehingga ada ungkapan NU tidak kemana mana tapi ada dimana mana," paparnya. Ia menyebut setelah itu NU kembali terseret dalam politik praktis yang menghasilkan masalah termasuk dampak dari Pilpres 2019 lalu ketika Rais Aam K.H Ma`ruf Amin ditunjuk Cawapres oleh Jokowi. 
 
Ia menceritakan ketika Rais Aam menjadi cawapres, akar rumput bergerak dengan sendirinya untuk mendukung Ma"ruf Amin. Hal tersebut, kata Gus Yahya menghasilkan pembelahan politik yang terjadi di masyarakat luas dan tajam sekali karena yang dipertarungkan adalah simbol simbol agama dan ini terjadi di lingkungan warga NU sendiri dan ini tentu berbahaya.
 
"Kalau elit tidak sepaham itu hal biasa dan sudah lumrah tapi pembelahan tidak pernah terjadi di akar rumput dan pilpres 2019 kemarin telah membawa dampak pembelahan dipihak warga," katanya.
 
Hal tersebut seperti yang terjadi dalam survei dimana hanya 58 persen warga NU yang memilih Jokowi-Ma`ruf dan sisanya tidak memilih paslon tersebut. Ia menyebut pembelahan itu terjadi ke akar rumput sehingga lahirlah sebuah sentimen negatif dan tentu ini berbahaya sekali bila tidak disembuhkan.
 
"Polarisasi ini akan membawa kerugian tidak hanya pada NU tapi untuk semuanya dan ini menuntut kebutuhan untuk mengobati pembelahan yang terjadi untuk menjahit kembali warga NU untuk kembali utuh dan NU bisa berfungsi sebagai penyangga kehidupan bangsa," paparnya. 
 
Terkait Struktur Kepengurusan PBNU yang sebagian besar diisi oleh kader Parpol, Gus Yahya menyebut bila ia menghadapi beberapa pandangan strategis. Ia menyebut bagaimana caranya NU tidak masuk secara kelembagaan dan ia bisa memilih orang orang yang tidak ada latar belakang politik. 
 
Dalam pencarian, ia menegaskan tidak ada Kader NU yang tidak mempunyai latar belakang politik. Ia menyebut ketika seseorang menampilkan sebagai klaim bersih dari politik apakah itu bisa menjamin NU bisa steril dari politik.
 
Sedangkan menurutnya, jelas jelas semua stakeholder politik berkepentingan untuk memanfaatkan NU karena konstituen yang paling besar. "Semua pasti ingin berusaha untuk masuk daripada nanti kita pura pura steril padahal diam diam enggak dan ini jadi tantangan manajemen tersendiri sehingga saya bawa jelas jelas yang publik sudah tau dan rekam jejak politiknya yang bagus dan tidak satu warna," tegasnya. 
 
Gus Yahya menyatakan dengan cara tersebut pengurus PBNU bisa bisa saling mengendalikan antar satu sama lain. Ketika ada salah satu orang yang berbicara di luar konteks, nanti juga akan terlihat bila orang tersebut membawa kepentingan. 
 
"Hal ini lebih realistis dan lebih mudah saya untuk mengelola dan mereka juga punya akses dan jaringan untuk membuka jalan kerjasama NU dengan berbagai pihak sehingga target NU sendiri akan menemukan jalan realisasinya ya kita lihat ini pilihan strategis saya," paparnya.
 
Siap Kritik Pemerintah
 
Gus Yahya mengatakan bila sejak awal kritik yang dilakukan kepada pemerintah itu hal standar NU sejak dulu. Ia menyebut walaupun Wapresnya Ma`ruf Amin ia tidak segan untuk melontarkan kritik terutama terkait kebijakan yang dikeluarkan. Menurutnya, ia mengartikulasikan kritik dalam banyak hal. 
 
"Apalagi Menteri Agama ini adik saya sendiri, jadi saya bisa kontrol tidak hanya lewat ruang publik," katanya. Ia menceritakan pada salah satu momen ketika kemarin ada suatu gagasan untuk kembangkan program kemandirian ekonomi pesantren.  
 
Gus Yahya menegaskan itu jangan terfokus pada pesantrennya karena pesantren ini lembaga pendidikan. Ia menegaskan kalau pesantren jangan diminta untuk berbisnis karena Kyai itu dalam kesehariannya sudah mengajar santri. 
 
"Nanti dagang lagi repot jadinya, kalau mau bikin program untuk lingkungan pesantren seperti warga sekitar, alumni, atau wali santri itu yang dikasih maka programnya yaitu pemberdayaan ekosistem ekonomi pesantren," tegasnya.
 
Ia menyatakan pada tahap diskusi PBNU mempunyai akses dari hasil dialog tentu saja dengan pemerintah. Gus Yahya menyatakan bila selama ini yang namanya Pimpinan NU atau Rais Aam itu nyaris tidak ada barier untuk bertemu presiden dan menteri menteri. 
 
Menurutnya, hal itu standar karena sebenarnya pemerintah juga mendengar suara dari NU dan seringkali kebijakan pemerintah dipikirkan ulang setelah mendapat kritikan dari NU. "Namun tidak jarang juga kita gak sependapat karena pemerintah ini tidak hanya milik NU dan aspirasi tidak hanya NU saja," ungkapnya.
 
Sikap Politik NU untuk 2024 dan Capres Ideal 2024
 
Gus Yahya menegaskan bila pada tahun 2024, PBNU tidak akan menentukan sikap politik untuk mendukung siapapun. Kalaupun ada, menurutnya itu adalah pandangan pribadi dan tidak boleh mengatasnamakan lembaga. 
 
Gus Yahya menyatakan panduan moral dan panduan normatif harus diberikan kepada warga NU bagaimana cara yang baik untuk sampaikan aspirasinya. Ia juga menegaskan kalau dirinya tidak akan menjadi capres atau cawapres untuk 2024 nanti hal itu supaya PBNU bisa bersungguh-sungguh untuk bisa mengambil jarak dari kompetisi yang berlangsung. 
 
PBNU akan kembali pada khittah dari para leluhur dan tantangan terbesar tahun 2024 itu menyembuhkan dinamika politik 2019 kemarin. Agitasi yang mengklaim agama itu ternyata hanya sebatas agitasi saja.
 
"Mari kembangkan Demokrasi yang lebih rasional yang tidak memperalat agama sebagai senjata termasuk identitas NU," tegasnya. Gus Yahya menyebut sangat penting untuk kita supaya bisa bicara secara rasional dan secara rekam jejak supaya lebih rasional. 
 
Hal itu lebih menciptakan demokrasi yang sejuk dan yang paling prinsip jangan memperalat agama untuk politik atau etnis bahkan organisasi. Sedangkan untuk kriteria pemimpin ideal pada tahun 2024, Gus Yahya mempunyai tolak ukur tersendiri.
 
"Ya untuk itu jangan jauh jauh dari kualitas pak Jokowi, kalau lebih bagus sukur kalau gak jangan jauh jauh," ungkapnya. Gus Yahya mengatakan bila saat ini, banyak juga tokoh tokoh yang memiliki potensi untuk Pilpres 2024
 
Ia pun menjelaskan banyak juga putra putri terbaik bangsa terutama yang berlatar belakang NU. Menurutnya, sekarang diluar sana banyak sekali calon pemimpin yang berpotensi dan sekarang banyak yang menyadari kalau dirinya NU. 
 
Gus Yahya tidak ragu untuk menyebutkan nama-nama yang memiliki potensi untuk maju dalam kontestasi Pilpres 2024. Nama-nama seperti Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto hingga Menteri BUMN Erick Thohir memiliki potensi.
 
"Contoh orang kaya Pak Airlangga itukan konon NU kan katanya keturunan dari kiai mana itu dan oleh jamaah NU dianggap sebagai orang NU gitu, terus ada Ganjar Pranowo mertuanya itu pengurus NU dulu kan terus kemudian Erick Thohir juga udah jadi banser sekarang," pungkasnya mengakhiri wawancara dengan wartawan law-Justice.co.

(Givary Apriman Z\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar