36 Personel Terpapar Covid-19, Bagaimana Nasib Olimpiade Beijing?

Sabtu, 29/01/2022 17:50 WIB
Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 (VOI)

Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 (VOI)

Beijing, Tiongkok, law-justice.co - China mendeteksi 36 kasus Covid-19 yang melibatkan personel Olimpiade Beijing per Jumat (28/1). Kabar ini diumumkan Komite Organisasi Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 pada Sabtu (29/1/2022).


Seperti dilansir Reuters pada Sabtu (29/1), 19 atlet maupun pengurus tim mendapatkan hasil positif Covid-19 setelah tiba di Bandara, Jumat (28/1/2022),

Mengutip laman resmi pengurus Olimpiade, secara keseluruhan, 29 kasus Covid ditemukan dari kedatangan baru. Sedangkan tujuh lainnya berada dalam gelembung yang memisahkan personel dengan masyarakat.

China nekat menyelenggarakan Olimpiade Musim Dingin kala masyarakat dunia sedang berkutat dengan varian Omicron yang mudah menginfeksi dan menyebar.

Meski demikian, China tetap konsisten menerapkan strategi nol-Covid untuk mencegah penularan virus corona. Kebijakan itu membuat China kerap memberlakukan penguncian (lockdown), tes massal, bahkan menutupi area Olimpiade dengan gelembung.

Baru-baru ini, China diam-diam menerapkan lockdown di sekitar Beijing sepekan menjelang Olimpiade Musim Dingin. Salah satu wilayah yang terdampak adalah Xiong`an.

Seorang staf pencegahan Covid di China menyampaikan, sekitar 1,2 juta orang di kawasan New Area, Xiong`an, tak diizinkan meninggalkan kompleks perumahan mulai Selasa (25/1) lalu.

Namun, ia sendiri tak mengetahui detail kebijakan ini.

"Kami perkirakan [lockdown] ini akan berlangsung sekitar sepekan, tapi waktunya masih belum pasti," ucapnya, dikutip dari AFP.

Lockdown yang tak diumumkan di media ini membuat masyarakat kebingungan menjelang Imlek. Ada juga warganet yang mempertanyakan kepentingan memberlakukan lockdown di Xiong`an.

"Sepertinya saya tak bisa pulang ke rumah untuk merayakan Tahun Baru Imlek," ujar seorang pengguna Weibo.

"Apakah (lockdown) itu dibutuhkan? Kenapa kami tak bisa pergi jika area tersebut dianggap berisiko rendah?" kata salah satu pengguna Weibo.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar