Ternyata Negara ini Ambil Untung Besar Jika Rusia-Ukraina Perang

Sabtu, 29/01/2022 13:30 WIB
Rusia bakal serang Ukraina  (AP)

Rusia bakal serang Ukraina (AP)

Jakarta, law-justice.co - Qatar bakal untung besar jika peperangan Rusia dan Ukraina pecah. Negara itu bisa mengisi pasokan gas yang kemungkinan ditutup Rusia saat keadaan mulai memburuk nantinya.


Amir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani direncanakan bertemu dengan Presiden Amerika (AS) Joe Biden pada Senin mendatang. Dia akan memastikan beberapa jenis bantuan, karena juga mencari bagian lebih besar dari pasar Eropa untuk produksi gas lepas pantai Qatar.


Pembicaraan sedang berlangsung" soal pengalihan beberapa gas alam cair dari pasar Asia ke Eropa, jika Presiden Rusia Vladimir Putin memotong pasokan ke Eropa Barat. Ini diungkap seorang pejabat Qatar kepada AFP jelang pertemuan tersebut, dikutip Sabtu (29/1/2022).

Sementara itu menurut para diplomat, AS juga diketahui mengontak Australia untuk alternatif penyediaan pasokan alternatif. Negara itu diharapkan bisa mengirim lebih banyak produksinya sendiri.

Qatar diketahui punya preseden membantu negara yang membutuhkan. Contohnya saat tsunami Jepang 2011 lalu, negara itu mengirim empat kargo khusus ke Inggris pada Oktober mengatasi masalah kekurangan.

Namun pasokan ke Eropa Barat nampaknya tak semudah itu. Qatar punya kontrak jangka panjang dengan sejumlah konsumen besar di Korea Selatan, Jepang, dan China yang membuatnya hanya sedikit dapat membantu Eropa.

Sayangnya, sejumlah analis menilai skeptis. Negara dianggap tidak punya `tongkat ajaib` untuk memperbaiki keadaan di Eropa.

"Tidak ada kapasitas cadangan untuk memasok LNG tambahan. Tidak sama dengan Arab Saudi yang mempertahankan kapasitas cadangan minyak." kata direktur intelijen untuk konsultan energi Enverus, Bill Farren-Price.

"Setiap kekurangan gas Eropa akan menimbulkan riak dan berdampak pada pasar LNG Asia juga," tambahnya menambahkan dari konsumen Eropa akan menghadapi harga yang cukup tinggi.

Andreas Krieg, spesialis keamanan Timur Tengah di King`s College London, mengatakan Qatar ingin dianggap menjadi sekutu strategi di wilayah Teluk AS dengan bantuan tersebut.

"Mereka mendapatkan pengaruh membangun jaringan di Washington yang bersifat institusional daripada terikat individu atau partai. Mereka ingin dilihat jadi sekutu strategi inti di depan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab," jelasnya.

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar