Kata BMKG soal Suhu Udara Panas di Bandung

Selasa, 25/01/2022 22:49 WIB
BMKG ungkap penyebab suhu udara di Bandung panas (kompas)

BMKG ungkap penyebab suhu udara di Bandung panas (kompas)

Bandung, law-justice.co - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisikan (BMKG) mengungkap penyebab suhu udara di wilayah Bandung dan sekitarnya terasa lebih panas akhir-akhir ini. Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung Teguh Rahayu menjelaskan bahwa hal itu terjadi karena adanya anomali kejadian hujan dan juga panasnya cuaca terutama pada siang hingga sore hari pada dasarian III Januari 2022 ini.

"Bulan Januari, berdasarkan analisis dan prediksi yang telah didiseminasikan oleh BMKG, merupakan puncak musim hujan bagi wilayah Bandung raya dan Jawa Barat pada umumnya. Hingga tanggal 25 bulan Januari 2022 ini, curah hujan tercatat di BMKG Bandung adalah 51,9 mm," katanya dalam keterangan tertulis, Selasa (25/1/2022).

Berdasarkan data curah hujan Januari untuk tanggal 1-25 sejak 2019 hingga 2022 adalah sebagai berikut. Untuk 2019, curah hujan di periode tersebut tercatat 221,7 mm. Sedangkan pada 2020 tercatat 132,7 mm. Kemudian, pada 2021 tercatat 112,8 mm dan pada 2022 tercatat 51,9 mm.

Dengan demikian, curah hujan pada periode 1-25 Januari tahun ini lebih sedikit dibandingkan tahun lalu. Adapun curah hujan normal Januari adalah 221,7 mm.

"Apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, terlihat pada tahun 2022 ini curah hujan mengalami defisit hingga 50%. Atau dapat dikatakan dalam wilayah pengamatan BMKG Bandung, curah hujan mengalami anomali negatif pada Bulan Januari ini," ujar Rahayu.

Rahayu menjelaskan, kondisi anomali negatif curah hujan di wilayah Bandung raya dan Jawa Barat pada umumnya disebabkan oleh adanya angin kencang yang terjadi di wilayah Jabar pada umumnya. Hal ini terjadi oleh karena tumbuhnya beberapa pusat tekanan rendah di Perairan Maluku hingga Banda.

Pada Januari ini, lanjut Rahayu, Monsoon Asia juga sedang pada puncaknya. Sehingga keberadaan beberapa pusat tekanan rendah tersebut menguatkan angin Monsun Asia di atas laut Jawa dan kemudian meningkatkan kecepatan angin permukaan di wilayah Jawa Barat dan Bandung raya.

Selain itu, pada 24 Januari 2022, terpantau tumbuhnya bibit siklon 96S di Barat Daya Sumatra yang juga berpotensi untuk meningkatkan kecepatan angin di wilayah Jawa Barat bagian barat.

Berdasarkan data kecepatan angin maksimum yang tercatat di BMKG Bandung, pada 23 Januari yaitu 24 km/jam. Diikuti 24 Januari (26 km/jam), dan 25 Januari (24 km/jam). Sedangkan, kecepatan angin maksimum normal Januari adalah 18 km/jam.

"Kejadian angin kencang di level permukaan hingga level 850 mb (1,5 km) menyebabkan awan-awan hujan (Cu dan Cb) yang tumbuh di sekitar Bandung raya kembali pecah atau tergeser ke arah timur hingga tenggara, sehingga hujan terjadi di wilayah Tasik, Ciamis, dan Banjar hingga ke Jawa Tengah, terutama Jawa Tengah bagian selatan," tutur Rahayu.

Lebih jauh Rahayu mengungkapkan, terpecahnya awan hujan di sekitar Bandung raya, selain menyebabkan kejadian hujan terganggu, juga mengakibatkan meningkatnya temperatur maksimum di wilayah tersebut.

Hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, terpecahnya awan menyebabkan kondisi langit menjadi clear, sehingga sinar matahari langsung masuk hingga level permukaan tanah.

Selain itu, terganggunya proses hujan, menyebabkan tingkat kelembapan udara relatif (RH) tetap tinggi di atmosfer wilayah Bandung raya. Kondisi temperatur tinggi dan RH tinggi akan terasa panas dan lembap secara bersamaan atau dalam bahasa Sunda disebut "ngelekeb".

Dari data temperatur maksimum yang tercatat di BMKG Bandung, pada 23 Januari tercatat suhu berada di 31 derajat Celcius. Diikuti 24 Januari (30,6), dan 25 Januari (30,8). Adapun temperatur maksimum normal Januari adalah 27,7 derajat Celcius.

"Kondisi dinamika atmosfer seperti terbentuknya pusat-pusat tekanan rendah di wilayah timur Indonesia dan sekitar Pulau Jawa secara silih berganti sejak November 2021 lalu hingga saat ini menjadi penyebab utama terjadinya anomali negatif curah hujan, angin kencang, dan cuaca panas dan lembab di wilayah Bandung raya," ujar Rahayu.

Oleh karena itu, masyarakat diharap tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap kondisi seperti saat ini, karena peluang untuk terjadinya hujan lebat tetap tinggi di bulan Februari dan akan semakin tinggi pada Maret mendatang.

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar