ISIS Bertempur dengan Pasukan Kurdi di Suriah, Tewaskan 136 Orang

Senin, 24/01/2022 22:25 WIB
ISIS (Liputan6)

ISIS (Liputan6)

Suriah, law-justice.co - Pasukan Kurdi yang disokong Amerika Serikat dan kelompok teroris ISIS terus bertempur di Suriah sejak sepekan terakhir hingga menewaskan 136 orang per Minggu (23/1/2022) kemarin.


Peperangan dimulai saat kelompok ISIS menyerang sebuah penjara di Kota Hasakeh pada Kamis (20/1/2022).

Lebih dari 100 pasukan ISIS menyerang penjara Ghwayran untuk membebaskan anggota yang ditahan. Serangan ini merupakan gempuran ISIS paling signifikan setelah kelompok itu dikalahkan di Suriah tiga tahun lalu.

Sejumlah prajurit ISIS terlihat berupaya membebaskan anggota mereka dan mengambil beberapa senjata, dikutip dari AFP.

Pembobolan penjara Hasakeh ini dinilai sejumlah pihak menandai fase baru kebangkitan ISIS setelah kalah perang lebih dari tiga tahun lalu.

Lembaga Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia menuturkan setidaknya 84 anggota ISIS dan 45 pasukan Kurdi, termasuk pasukan keamanan dalam negeri, penjaga penjara, dan pasukan kontra-terorisme, tewas dalam pertempuran itu.

Badan tersebut juga mengatakan ada tujuh warga sipil yang tewas akibat pertarungan di kota itu.

Pasukan Demokratik Suriah (SDF), yang sebagian besar berasal dari suku Kurdi, mengatakan mereka telah mengepung area penjara.

Pasukan ini juga mengatakan pejuang ISIS yang berada di dekat gerbang penjara tak lagi bisa kabur.

Pasukan SDF juga mendapatkan bantuan dari koalisi pimpinan Amerika Serikat untuk mengatasi serangan ini.

Meski ketegangan pertarungan berkurang pada Minggu (23/1/2022), ada kekhawatiran bagaimana bentrok tadi berdampak pada anak-anak yang berada di penjara itu.

Melalui pernyataan, SDF mengatakan ISIS kini bersembunyi di sebuah asrama penjara yang menjadi tempat tinggal anak-anak yang diduga berhubungan dengan militan tersebut.

Pasukan SDF itu juga mengungkapkan, narapidana di bawah 18 tahun digunakan ISIS sebagai tameng mereka menghindari serangan.

Badan PBB untuk anak-anak, UNICEF, meminta perlindungan untuk 850 anak di bawah umur yang ditahan di Ghwayran, Minggu (23/1).

"Mengingat pertarungan masih berlanjut, risiko untuk anak-anak meningkat, termasuk disakiti maupun direkrut secara paksa," demikian pernyataan UNICEF.

Peperangan ini juga membuat banyak warga sipil di dekat penjara melarikan diri. Otoritas Kurdi mengatakan ribuan orang pergi di musim dingin ini.

Menurut kesaksian seorang warga 30-an tahun, pasukan ISIS menggerebek rumah dan membunuh orang-orang di desanya

"Merupakan sebuah keajaiban kami selamat," kata pria itu kepada AFP, sembari menggendong bayi, Minggu (23/1).

Hamsha Sweidan (80), seorang warga yang terjebak di dekat penjara, mengatakan banyak warga yang tidak mendapatkan air ataupun roti kala pertempuran berlangsung.

"Kami hampir mati kelaparan dan kehausan," kata perempuan itu. Sweidan juga menuturkan ia tak tahu harus pergi ke mana.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar