William Yang, Kabid Digitalisasi Kadin Indonesia

Prinsip Powerfull Stronghold, Kunci Indonesia Menang di Metaverse

Sabtu, 22/01/2022 00:00 WIB
William Win Yang, Pakar Analis Financial penulis sejumlah Buku/Foto by AENDRA

William Win Yang, Pakar Analis Financial penulis sejumlah Buku/Foto by AENDRA

Jakarta, law-justice.co - Semenjak Zuckenberg mengumumkan Metaverse, disusul Microsoft beberapa hari kemudian, dan terutama kasus Ghozali Everyday, tiba-tiba seluruh Indonesia tergila-gila oleh metaverse.

Dari kalangan artis, influencer, perusahaan saham gorengan, sampai VC yang terkenal tukang goreng startup mengumumkan aksi mereka di dunia ini. Semua berlomba menjadi yang pertama, tercepat, dan paling berkuasa di dunia baru ini.

Menarik dicermati, siapa kiranya yang menang? Well, setelah mengamati model bisnis yang mereka lakoni, plus tampilan app mereka, terus terang saya menebak dalam beberapa tahun kedepan tidak ada satupun dari mereka akan survive. (mungkin saja saya sial melihat yang salah).

Why?

Pertama kita harus memahami cara kerja dunia digital ini.

Yes, dalam dunia ini kecepatan sangat penting. Dengan teknologi internet kita bisa mencapai market domination dalam waktu singkat, dan siapapun yang mencapai posisi itu pertama kali akan sangat sulit dikalahkan. Dan dia yang mencapai posisi itu hanya bisa dikalahkan dengan satu hal : “Killer Apps”

Sekedar pengingat : Killer Apps adalah sesuatu yang kita miliki, yang membuat orang meninggalkan solusi lama dan beralih ke kita hanya demi solusi itu. Misalnya : komputer vs mesin tik (siapa jaman sekarang yang masih mau pakai mesin tik?)

OK, kembali ke perbincangan metaverse kita. Kenapa saya menebak, pemain saat ini sulit bertahan beberapa tahun kedepan? Selain pemain dunia yang established dan berkocek tebal sudah berkeliaran dengan produk yang jauh lebih bagus, seperti “Genshin Impact”, Juga karena para real big player belum masuk ke pasar.

Apa yang ada saat ini adalah suatu yang bisa kita semua buat, asal punya cukup resource. Sementara itu, pasar belum stabil dan belum bisa ditebak arahnya. Para calon juara tampak sedang menjaga jarak, mengamati dari kejauhan, jauh dari kekacauan, membiarkan para cecunguk berkelahi satu sama lain, sambil mencoba membaca cara kerja dunia metaverse yang sesungguhnya, untuk kemudian dalam sekali sapu mereka akan menaklukan mereka semua.

Siapa mereka? Mereka adalah “The Three Kingdoms”

1. Google
2. Meta
3. Apple

Ketiga raksasa itu tidak perlu masuk sekarang, karena mereka memiliki killer app yang sudah ready. Tinggal bagaimana mengimplementasikannya.

1. Google memiliki Google Earth yang tinggal dia copy tiruannya, kemudian dimodifikasi sedikit untuk jadi metaverse
2. Facebook alias Meta dengan milyaran penggunanya, sesungguhnya sudah ada di metaverse, hanya tinggal di poles doang. Sekalipun kita sudah attach di metaverse, kita masih belum bisa lepas dari FB dan ekosistemnya
3. Apple yang sejak dulu memang tinggal di dunia sendiri. Dia juga sudah punya earth sendiri dengan fanbase pemujanya sendiri yang dengan mudah menutup mata telinga, saat produk baru Apple muncul ke permukaan. (including me)
4. Ketiga perusahaan itu sangat liquid dan memiliki cash sangat melimpah untuk di bakar dalam jangka waktu yang sangat panjang.
5. And one more thing : bukannya tidak mungkin ketiganya bersatu dan membuat super cartel metaverse yang tidak ada tandingannya di dunia ini.

Dalam sekali sapu, mereka akan langsung merebut pasar, sebagaimana smartphone menggusur stupidphone tempo hari.

Bagaimana dengan Microsoft?

Microsoft memang sudah terjun lebih dulu, dia memiliki peta seperti google dan apple, dia punya xbox, juga uang mereka banyak sekali. Namun Microsoft terlalu serius, terlalu corporate. Sementara metaverse adalah dunia lain tempat kita lari dari dunia nyata. Tempat bermain. Corporate adalah tempat serius tidak boleh bermain disana.

Semua terukur, efisien, dan sangat logis. Corporate akan dengan mudah meninggalkan partner dan supplier mereka jika dirasa sudah tidak menguntungkan lagi, atau penawarannya kalah menarik dengan yang lain. Sedangkan metaverse sangat bergantung pada emosional dan kebetahan orang untuk berlama-lama di dunia ini. Ini bukan jiwanya microsoft.

Memang ada XBOX, namun XBOX, Playstation, dan Nintendo (sebut saja The Three Niche Kingdom) memiliki harga yang cukup mahal, dan memiliki tantangan untuk scale up nya. Jika “The three Kingdom” bisa menyediakan metaverse yang lebih murah dengan gadget yang sudah ada, maka jelas “The Three Niche Kingdom” (XBOX, PS, Nintendo) akan sulit menandinginya.

Lalu benarkah kita tidak ada harapan?

Sangat sulit, tapi bukannya tidak ada harapan. Para pemain sekarang harus merapikan model bisnisnya agar membangun powerful stronghold yang tidak bisa ditembus.

Apa artinya?

Pertama kita harus kembali ke 5 cara sebuah startup melakukan penetrasi pasar :

1. Gerilya
2. Kingdom far-far away
3. Powerful Stronghold
4. Super Niche
5. Killer Apps & burn Money

Saya tidak akan memanjangkan artikel ini dengan membahas semuanya satu per satu. Dan hanya akan berfokus ke no “3” (Powerful stronghold) à untuk yang lain silahkan baca di buku “Investing in Digital Startups – Unicorn Edition” yang kini sudah beredar di Gramedia dengan bahasa Indonesia.

Powerful Stronghold

Artinya adalah benteng yang tidak dapat ditembus. Artinya, adalah suatu dunia yang sepenuhnya kita kuasai. Misalnya : menjual “popcorn” di bioskop. Popcorn bioskop bisa berharga 2 hingga 3 kali harga di luar bioskop, karena kitalah yang monopoli bioskop itu dan orang luar tidak bisa mengintervensi.

Dalam dunia startup digital, pelaku strategy ini salah satunya adalah “TIX ID”. Coba perhatikan, bisnis TIX begitu sukses, dan semua Unicorn ingin menirunya. Namun bukanya membuat Go-Movie, Gojek malah membuat GO-TIX. Why ? konon TIX ID salah satu pemegang sahamnya adalah XXI. Contoh lainnya, konon adalah “Gudang Ada” yang hampir jadi Unicorn itu, namun detailnya saya tidak akan bahas sekarang.

So?

Jadi, daripada grasa-grusu masuk metaverse dan memboroskan dana tidak keruan, lebih baik mulai membangun powerful stronghold.

Caranya ?

Mari kita mundur sejenak kemudian bermeditasi, berpikir dan mengamati. Apa yang bisa kita jadikan benteng tak tertembus kita. Suatu yang hanya milik kita. Suatu yang bisa kita kendalikan?

Contoh : bukankah presiden kita Bp.Jokowi memainkan kartu serupa? Dia mengunci export nikel, porang, dan berbagai komoditi lainnya untuk memaksa negara maju membuka industri hilir di Indonesia?

Adakah hal semacam itu yang dapat kita kendalikan? Kalaupun belum ada, bisakah kita menciptakan hal macam itu? Powerful stronghold milik kita sendiri, bioskop milik kita, tempat kita menjual popcorn

Sudah ketemu? Jika sudah, segera fokuskan seluruh resources kesana. Kita hanya punya sedikit waktu sebelum The Three Kingdom tampil dengan model bisnis yang solid. Buat powerful stronghold sekuat mungkin

And one more thing….

Kembali ke paragraf paling awal dari artikel ini, tentang orang-orang yang grasa grusu berusaha masuk ke Metaverse. Bagaimana nasib mereka jika tetap dengan strategy ini saat The Three Kingdom datang menyerang?

1. Tentu saja, bagi yang polos dan bodoh akan segera jadi korban dan kehilangan semua investasi mereka
2. Si tukang goreng saham mungkin berhasil menciptakan suatu cerita yang meyakinkan, kemudian membuat investor publik berbondong-bondong membeli sahamnya, sebelum akhirnya dia dump
3. Si tukang goreng startup mungkin akan mendapat uang cepat dengan menjual startup nya ke investor lebih tinggi
4. Dan mungkin ada para pencuci uang yang tidak terlalu peduli dengan hasilnya, karena keramaian investasi adalah waktu yang pas untuk menyamarkan suatu aksi londry sekala besar (buka mata dan telinga anda wahai BI)

Well That;s it, apapun pilihan anda, semoga beruntung.

(Warta Wartawati\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar