Tarian Samba Berbusana Seksi Tayang di TV Arab Saudi Tuai Pro Kontra

Rabu, 12/01/2022 18:55 WIB
Tarian Samba asal Brazil diminati di Arab Saudi (Yoeksplore)

Tarian Samba asal Brazil diminati di Arab Saudi (Yoeksplore)

Jakarta, law-justice.co - Gelaran tari Samba dalam acara Festival Musim Dingin Jazan di Arab Saudi, Minggu (9/1/2022) memantik pro dan kontra. Penyebabnya, pakaian penari perempuan dinilai terlalu minim.


Tarian Samba itu menjadi pembicaraan publik setelah video beredar di media sosial. Dalam video itu tampak tiga penari samba berjoget di jalan utama Jazan sebagai rangkaian dari Festival Musim Dingin Jazan.

Penari-penari itu mengenakan kostum khas karnaval Brasil yang glamor dan penuh warna. Di bagian tangan, kaki dan perut terbuka.

Kendati bagian tangan, kaki, dan perut terbuka, pakaian itu tidak seterbuka pakaian yang dikenakan penari karnaval jalan raya di Rio de Janeiro.

"Penampilan itu untuk hiburan, bukan untuk menyerang cara yang baik dan melawan agama," kata salah satu penduduk Jazan, Mohammed al Bajwi.

Di media sosial banyak netizen yang marah, dan menuntut hukuman pertanggungjawaban gelaran tersebut.

Namun, ada salah satu pengguna Twitter, Ahmad al-Saneh,yang tak menganggap pakaian para penari itu sangat tidak sopan. Di Arab Saudi hampir seluruh penduduk perempuan menggunakan pakaian panjang dan berhijab.

Sejatinya, acara itu juga diliput dan ditayangkan oleh media pemerintah Saudi, El Ekhbariya TV, tetapi penari-penari itu diburamkan.

Situasi itu direspons otoritas Kerajaan Arab Saudi dengan melakukan investigasi. Menurut laporan Al Araby, Gubernur Jazan Pangeran Mohammed bin Nasser meminta penyelidikan dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah penyalahgunaan acara itu. Namun, dia tak menjelaskan lebih rinci.

Memang terjadi perubahan di Arab Saudi dalam beberapa tahun terakhir. Di antaranya, Arab Saudi telah memperkenalkan pertunjukan hiburan dan olahraga mulai dari musik, konser, bioskop, hingga Formula One Grand Prix.

Pertunjukan itu tampaknya hal yang serius bagi Saudi. Pada April 2020 lalu, otoritas negara itu mengatakan telah mengeksekusi seorang laki-laki asal Yaman karena menyerang rombongan teater Spanyol selama pertunjukan di Riyadh.

Perubahan itu merupakan inisiatif dari pemimpin de Facto Saudi, Pangeran Mohammad bin Salman, yang melakukan reformasi di bidang ekonomi, dan sosial.

Namun, menurut kelompok hak asasi pemerintahan itu disebut masih anti kritik. Mereka menggunakan hiburan dan olahraga untuk menutupi catatan pelanggaran hak asasi manusia, termasuk pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar