Kazakhstan Membara, Kepala Intelijen Diduga Berkhianat Ditangkap

Minggu, 09/01/2022 08:30 WIB
Kerusuhan di Kazakhstan akibat kenaikan harga LNG (AP)

Kerusuhan di Kazakhstan akibat kenaikan harga LNG (AP)

Kazakhstan, law-justice.co - Mantan kepala badan intelijen domestik Kazakhstan telah ditahan karena dicurigai melakukan pengkhianatan tingkat tinggi. Penangkapan ini dilakukan setelah dia dipecat di tengah gelombang kerusuhan yang melanda negeri itu.


Dilansir dari kantor berita AFP, Minggu (9/1/2022), Komite Keamanan Nasional Kazakhstan atau KNB, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mantan ketuanya Karim Masimov telah ditahan pada Kamis (6/1/2022) setelah meluncurkan penyelidikan atas tuduhan pengkhianatan tingkat tinggi.

"Pada 6 Januari tahun ini, Komite Keamanan Nasional meluncurkan penyelidikan pra-persidangan terhadap pengkhianatan tingkat tinggi," demikian pernyataan itu.

"Pada hari yang sama, atas dugaan melakukan kejahatan ini, mantan ketua KNB K.K. Masimov ditahan dan ditempatkan di pusat penahanan sementara, bersama dengan yang lainnya," imbuh pernyataan tersebut.

Masimov, sekutu dekat presiden pendiri Kazakhstan Nursultan Nazarbayev, dipecat dari jabatannya sebagai kepala KNB minggu ini setelah para pengunjuk rasa di kota terbesar Kazakhstan, Almaty, menyerbu gedung-gedung pemerintah. Puluhan orang, baik demonstran maupun aparat keamanan telah tewas dalam kerusuhan yang dimulai dengan aksi protes terhadap kenaikan harga LPG itu.

Di tengah kerusuhan yang melanda, Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev, mengakui dirinya memberikan perintah tembak di tempat terhadap orang-orang yang disebutnya sebagai `bandit` dan `teroris`. Tokayev juga memperingatkan bahwa mereka yang enggan menyerahkan diri akan `dihancurkan`.

Tokayev sebelumnya menyalahkan sekelompok `bandit` dan `teroris` yang disebutnya memicu kerusuhan di Kazakhstan. Dalam pidato terbarunya, Tokayev menyebut bahwa sekitar 20.000 bandit telah menyerang kota terbesar Almaty, yang juga ibu kota finansial Kazakhstan, dan menghancurkan properti milik negara.

Diakui juga oleh Tokayev dalam pidatonya bahwa sebagai bagian dari operasi `kontra-terorisme`, dirinya telah memerintahkan badan-badan penegak hukum dan tentara Kazakhstan untuk `menembak mati tanpa peringatan`.

"Para militan belum meletakkan senjata mereka, mereka terus melakukan kejahatan atau sedang mempersiapkannya. Pertempuran melawan mereka harus dilakukan sampai akhir. Siapa saja yang tidak menyerah akan dihancurkan," tegas Tokayev dalam pidato yang disiarkan televisi nasional pada Jumat (7/1/2022) waktu setempat.

Tokayev juga menolak seruan untuk menggelar dialog dengan para demonstran yang terus menggelar unjuk rasa. Dia justru menyebut para demonstran sebagai `penjahat` dan `pembunuh`.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar