Yusuf Blegur, Pegiat Sosial dan Aktivis Yayasan Human Luhur Berdikari

Maaf, Hukuman Bukan Cuma Buat Ferdinand Hutahaean

Sabtu, 08/01/2022 16:49 WIB
Ferdinand Hutahaean (foto : swamedium.com)

Ferdinand Hutahaean (foto : swamedium.com)

Jakarta, law-justice.co - Bukan hanya semata karena tekanan sosial politik, publik mencium aroma akan ada upaya membuat legitimasi hukum tebang pilih pada kasus Ferdinand Hutahaean. Ditengah image buruk kinerja dan tercela aparat hukum, rezim cenderung bermanuver menjadikan Ferdinand Hutahaean sebagai kambing yang dihitamkan.

Rakyat harus terus berupaya menjadikan kasus Ferdinand sebagai momentum sekaligus titik balik supremasi hukum. Terutama pada penistaan agama Islam yang dilakukan serigala-serigala berbulu domba seperti Denny Siregar, Ade Armando, permana Arya, Eko Kuntadhi, Husin Shihab, Dewi Tanjung dan komunitas jahat sehabitat lainnya. Siapapun mereka yang beragama Islam maupun non muslim tanpa pandang bulu, tanpa toleransi dan tanpa ampun, wajib dihukum seberat-beratnya jika menista dan melecehkan agama apapun.

Begitupun Polri, jangan lagi ada pencitraan dan bermain politik dalam hukum. Tegakkan hukum kepada setiap penista agama dan segala bentuk kejahatan termasuk korupsi, tragedy 50 KM, dan extra ordinary crime lainnya. Mungkin inilah waktu yang tepat mengembalikan marwah Polri sebagai alat negara dan melepaskan diri dari belenggu alat kekuasaan. Semua tindakan inkontitusional yang merendahkan dan melukai rasa keadilan harus ditindak tegas. Siapapun pelakunya, rakyat biasa atau para pejabat bahkan para pemimpin sekalipun.

Dengan semakin terpuruknya negara dalam segala sendi kehidupan rakyat hingga pada kerusakan mental dan distorsi kebijakan aparat. Kasus maraknya penistaan agama oleh Ferdinand Hutahaean beserta para buzzer hina lainnya. Selayaknya dan sepatutnya dilihat Polri menjadi kesempatan emas membangun kepercayaan publik dalam membangun kostruksi hukum yang tegak, sehat dan bermartabat. Kemauan dan kemampuan Polri mewujudkan hukum yang beradab, mungkin bukan hanya akan menyelamatkan NKRI dari degradasi sosial dan disintegrasi nasional. Boleh jadi menyelamatkan kemanusiaan di negeri ini sembari menyelamatkan seluruh keluarga besar Polri. Terutama dalam kehidupan di dunia dan akherat. Karena keluarga besar Polri juga manusia yang punya keyakinan agama dan perlunya menyiapkan bekal akan datangnya kematian kelak.

Semoga kita semua tetap berjalan lurus dan istiwomah mengakkan kebenaran dan keadilan.

 

 

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar