Beringasnya Demonstran Kazakhstan, Kepala Polisi Sampai Dipenggal

Jum'at, 07/01/2022 21:30 WIB
Kerusuhan di Kazakhstan akibat kenaikan harga LNG (AP)

Kerusuhan di Kazakhstan akibat kenaikan harga LNG (AP)

Kazakhstan, law-justice.co - Kondisi Kazakhstan semakin mencekam. Dikabarkan puluhan orang tewas dan 1.000 luka-luka.

Pemerintah pun meminta bantuan aliansi militer Rusia untuk mengamankan situasi, Kamis (6/1/2021). Beberapa jam setelah kedatangan Rusia, dikabarkan tembakan makin terdengar mengarah ke pengunjuk rasa.

Mengutip Mirror dari sumber Rusia, ditemukan 18 polisi tewas, tiga di antaranya dipenggal. Dalam updatenya ABC News mengatakan total 28 polisi meninggal dan 3.000 perusuh sudah ditahan.

"Operasi kontra-terorisme telah dimulai. Pasukan keamanan bekerja keras. Tatanan konstitusional sebagian besar telah dipulihkan di semua wilayah negara. Otoritas regional kini mengendalikan situasi," kata biro pers presiden dalam sebuah pernyataan, dikutip Sputnik News, Jumat (7/1/2022)


Demonstrasi di Kazakhstan sudah terjadi sejak Selasa. Kerusuhan dimulai dengan kenaikan harga gas minyak cair (LPG), yang digunakan untuk bahan bakar kendaraan di negara 19 juta penduduk itu.

Ini membuat massa turun berunjuk rasa. Massa kecewa meneriakkan ketidakadilan. Pasalnya negara itu memiliki cadangan energi besar baik minyak maupun gas.

Kazakhstan memiliki 20 miliar cadangan minyak dengan tingkat produksi sekitar 1,64 juta barel/hari. Negara ini menempati urutan ke-19 produsen minyak bumi dunia, sekaligus penghasil terbesar di kawasan Asia Tengah.

Sementara itu, massa pun meneriakkan kemarahan ke presiden terdahulu, Nursultan Nazarbayev, yang meski tak lagi berkuasa tapi dianggap masih mengatur ekonomi. Ia menguasai negara itu tiga dekade dan mundur di 2019 karena tuntutan warga akibat mengekang liberalisme di negara itu.

Presiden Kassym-Jomart Tokayev mengambil langkah untuk mencopot Nazarbayev dan keluarganya dari jajaran pemerintah. Meski begitu, pencopotan ini belum berhasil dalam menenangkan situasi.

Sementara itu, sejumlah penduduk mengatakan ada penjarahan besar-besaran di alun-alun kota. Gedung-gedung dan mobil di bakar di pusat kota

"Ada anarki total di jalan," katanya sumber.

Antrean bensin juga membludak di kota seiring protes yang terjadi. Penduduk juga susah membeli makanan.

Bukan hanya itu, harga sulit mengakses uang tunai. Pasalnya pemerintah mematikan total sambungan internet.

Rusia sendiri memimpin "mini NATO" CSTO, Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif, yang berisi lima negara bekas Uni Soviet termasuk Kazakhstan. Sekitar 2.500 tentara akan datang ke Kazakhstan dalam sepekan.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar