Dalam Konteks Ekonomi, Keuangan Indonesia Tidak Sedang Baik-baik Saja

Rabu, 29/12/2021 07:35 WIB
Anggota Komisi XI DPR RI, Ecky Awal Muharam. (www.dpr.go.id).

Anggota Komisi XI DPR RI, Ecky Awal Muharam. (www.dpr.go.id).

Jakarta, law-justice.co - Anggota Komisi XI DPR RI, Ecky Awal Muharam menyebut bahwa ekonomi dan keuangan Indonesia saat ini dalam keadaan mengkhawatirkan.

Hal itu kata dia, termaktub dalam sejumlah data dan fakta yang dikeluarkan para pejabat publik di sektor keuangan saat ini.

Pernyataan ini dia sampaikan, dalam acara Kaleidoskop & Evaluasi Akhir Tahun Fraksi PKS DPR RI Tahun 2021 bertemakan "Kesejahteraan Rakyat Dalam Pusaran Oligarki, Sentralisasi, dan Melemahnya Demokrasi" di Ruang Pleno Fraksi PKS DPR RI Gedung Nusantara 1 Lantai 3, Selasa (28/12).

"Dalam konteks ekonomi keuangan Indonesia sedang tidak baik-baik saja, kalau kita membuat parameter yang sangat sederhana dalam konteks melihat kinerja pemerintah dalam hal ekonomi keuangan," ucap Ecky.

Anggota parlemen Fraksi PKS ini juga menyoroti beragam instrumen yang dimiliki pemerintah baik dari segi fiskal maupun kebijakan-kebijakan ekonomi yang dikeluarkan hingga ke sektor-sektor tertentu.

Menurutnya, output dan outcome dari kebijakan fiskal hingga kebijakan-kebijakan ekonomi pemeirntah perlu diuji, apakah betul-betul bisa menjamin tujuan bernegara yaitu memajukan kesejahteraan umum dan memajukan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia.

"Dalam konteks APBN saja misalnya, yang kurang lebih mencapai Rp 2.700 triliun apakah dalam konteks sumber pembiayaannya sudah sehat? Apakah postur APBN kita sudah sehat? Apakah belanja pemerintah saat ini sudah sehat, tepat sasaran?" tanyanya.

Maka dari itu, Ecky memandang APBN Indonesia saat ini sedang tidak sehat. Dia mengaku siap berdebat dengan siapapun yang mengatakan bahwa APBN negara aman-aman saja.

"Karena ini satu pihak siap diundang berdebat dengan pihak-pihak yang mengatakan tidak (baik ekonomi nasional), karena betapa banyak informasi dan data yang menyatakan tidak sehat," imbuhnya.

Dia mengibaratkan bahwa kondisi perekonomian nasional saat ini seperti peribahasa "besar pasak daripada tiang", lantaran utang Indonesia saat ini posisinya sudah mencapai 40 persen lebih, atau outstanding utang dibanding PDB berada di atas 3 persen sejak 2020.

Maka dari itu dia memprediksi pada tahun 2022 keseimbangan primer akan terus negatif, dengan kondisi itu maka dia menekankan bahwa perekonomian nasional tidak sedang sehat-sehatnya.

"Jadi, itu saja baru satu parameter apalagi parameter lain yang secara gamblang bisa dilihat dan bisa dibaca," demikian Ecky.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar