Bebaskan Pemimpin Politik Palestina, Ini Alasan Israel

Selasa, 14/12/2021 13:32 WIB
Israel bebaskan Syekah Raed Salah (anadolu agency)

Israel bebaskan Syekah Raed Salah (anadolu agency)

Jakarta, law-justice.co - Syekh Raed Salahpemimpin politik Palestina dibebaskan oleh Israel dari penjara Megiddo, Umm al-Fahm, pada Senin (13/12/2021) pagi. Langkah itu dilakukan setelah dia menjalani hukuman 17 bulan penjara atas tuduhan penghasutan.

Puluhan orang, termasuk keluarga, teman, dan jemaahnya berkumpul di sepanjang pintu masuk utama Umm al-Fahm dengan musik perayaan, spanduk, dan kotak manisan untuk menyambut Salah sepulangnya ke rumah.

"Rasanya campur aduk antara rasa sakit dan kebahagiaan. Ada banyak rasa sakit karena beliau mengalami banyak ketidakadilan. Beliau membayar harga tinggi dengan hidupnya akibat ketidakadilan oleh Israel," kata Khaled Zabarqa, pengacara Salah seperti dilansir dari Al Jazeera.

Perasaan serupa juga diungkapkan oleh keponakannya, Muntaha Amara. "Beliau adalah seorang Syekh bagi kita semua. Kita semua adalah Raed Salah. Lelaki, perempuan, dan anak-anak semuanya di sini untuk perayaan yang luar biasa ini untuk menyambutnya," ujarnya.

Polisi Israel menangkap Salah pada Agustus 2017. Ia menghabiskan 11 bulan di balik jeruji besi tanpa dakwaan sebelum dibebaskan dan dijatuhi status tahanan rumah yang ketat, termasuk mengenakan monitor pergelangan kaki, selama 2 tahun sambil menjalani persidangan.

Pada Agustus 2020, ia ditangkap lagi dan dijatuhi hukuman 28 bulan penjara atas 4 dakwaan dari 12 dakwaan semula. Ia didakwa atas tuduhan `hasutan untuk teror` dan mendukung organisasi terlarang, cabang utara Gerakan Islam di Israel, berdasarkan sejumlah ceramah publik dan unggahan Facebook.

"Penangkapan Syekh, hukumannya, dan berkasnya semuanya tak adil. Beliau ditahan dan dihukum berdasarkan kebebasan berbicara, berpendapat, dan keyakinannya, agamanya. Beliau diadili bukan karena melakukan pelanggaran. Ia diadili karena Israel ingin mengubah keyakinan Syekh Raed Salah melalui pengadilan dan proses ini. Ini tak akan terjadi," kecam Zabarqa.

Lahir pada tahun 1958, Salah adalah salah satu tokoh politik dan agama Palestina yang paling berpengaruh sepanjang sejarah Palestina. Penduduk setempat menjulukinya `Syekh al-Aqsa` karena gigih membela kompleks Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem.

Pria ini juga kerap meminya Muslim Palestina untuk terus hadir di situs yang terletak di Yerusalem Timur tersebut.

Mantan wali kota Umm al-Fahm ini ditangkap pada 2017 akibat pidatonya selama demonstrasi massa Palestina pada Juli. Pada saat itu, Israel memasang detektor logam di gerbang luar kompleks Masjid Al-Aqsa usai terjadi serangan di sana.

Banyak warga Palestina menganggap pemasangan detektor logam ini sebagai pembatasan baru untuk mengakses situs tersebut.

Menurut Salah dalam sebuah wawancara, `hasutan` yang dituduhkan terhadapnya mencakup ayat-ayat dari Al-Qur`an dan Hadis Nabi Muhammad.

Salah merupakan kepala cabang utara Gerakan Islam hingga 2015. Saat itu, pemerintah Israel merilis perintah eksekutif berdasarkan Peraturan Darurat era Inggris 1945 yang melarangnya dan 17 organisasi nirlaba terkait. Meski dilarang, Gerakan Islam terus mendapat banyak dukungan dari warga Palestina di Israel.

Sebelum dilarang, organisasi ini menjalankan jaringan amal, taman kanak-kanak, klinik kesehatan, dan layanan sosial. Polisi Israel dan dinas intelijen lantas menyita propertinya, menutup kantornya, serta menyita komputer dan dokumennya, kemudian membekukan rekening banknya.

Salah pun konsisten menjadi sasaran otoritas Israel selama bertahun-tahun. Ia telah dilarang bepergian ke luar negeri dengan alasan `keamanan`.

Selama 2 tahun jadi tahanan rumah, ia mengaku dipaksa memakai monitor pergelangan kaki elektronik yang membuatnya terus-menerus diawasi. Salah juga hanya diizinkan meninggalkan rumahnya pada jam-jam tertentu dengan dikawal. Kerabatnya dilarang mengunjunginya dan ia dilarang berbicara kepada media.

 

(Nikolaus Tolen\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar