BMKG Peringatkan Gelombang Tinggi dan Banjir Rob, ini Wilayahnya

Rabu, 08/12/2021 17:20 WIB
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Potensi Gelombang Tinggi  (Net)

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Potensi Gelombang Tinggi (Net)

Jakarta, law-justice.co - Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkap prediksi BMKG akan adanya gelombang tinggi dan banjir rob di beberapa wilayah Indonesia. BMKG mengimbau masyarakat untuk mewaspadai dampak potensi bencana tersebut.


"Masyarakat diimbau untuk selalu waspada dan siaga untuk mengantisipasi dampak dari gelombang tinggi dan pasang muka air laut," kata Dwikorita dalam konferensi pers virtual, Rabu (8/12/2021).

BMKG memprediksi meningkatnya intensitas cuaca ekstreme terutama pada Desember, Januari hingga Februari 2022 di sejumlah wilayah Indonesia. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa kondisi terutama kondisi cuaca yang saat ini musim hujan, pengaruh La Nina dan juga pengaruh dari angin Monsun Asia. Kondisi tersebut diperkirakan memberikan dampak terjadinya kenaikan gelombang tinggi mencapai 4 hingga 6 meter.

"Kemudian mengakibatkan juga ada pengaruh dari Monsun Asia yang mengakibatkan curah hujan semakin meningkat, kondisi ekstreme semakin meningkat, dan diperparah dengan adanya pola sirkulasi siklonik dan seruakan dingin yang aktif di Laut China Selatan, yang memberikan dampak signifikan pada peningkatan tinggi gelombang, dapat mencapai 4 sampai 6 meter di wilayah perairan Natuna," ujar Dwikorita.

BMKG juga memaparkan sejumlah wilayah mengalami peningkatan kecepatan angin. BMKG memaparkan daerah yang diperkirakan mengalami gelombang tinggi mencapai 4-6 meter dan kecepatan angin yang signifikan berada di Samudera Pasifik Timur Filipina. Kondisi tersebut juga memberikan dampak terhadap peningkatan tinggi gelombang di wilayah utara Indonesia bagian timur.

"Jadi tinggi gelombang yang mencapai 4 hingga 6 meter terutama di wilayah utara Indonesia bagian timur, misalnya di utara Papua atau pun Papua Barat," ujarnya.


BMKG Peringatkan Potensi Banjir Rob


Selain itu Dwikorita juga mengingatkan potensi banjir rob di sejumlah wilayah. Hal itu dikarenakan kondisi gelombang tinggi dan meningkatnya kecepatan angin bersamaan dengan fase bulan baru sehingga berpotensi terjadinya kenaikan ketinggian pasang air laut atau banjir rob.

"Hal ini selain kondisi cuaca terkait gelombang dan angin juga bersamaan dengan fase bulan baru dan kondisi Perigee yaitu kondisi dimana posisi bulan itu berada pada jarak terdekat dengan planet bumi sehingga gravitasi bulan terhadap permukaan air di samudera, di laut menjadi semakin meningkat," kata Dwikorita.

"Yang berpotensi menyebabkan terjadinya peningkatan ketinggian pasang air laut, yaitu pasang air laut maksimum yang dapat berpotensi besar mengakibatkan banjir pesisir atau rob," sambungnya.

BMKG memprediksi kondisi tersebut berpotensi terjadi kembali pada 18-22 Desember 2021 akibat adanya fenomena fase bulan purnama. BMKG juga menyampaikan potensi beberapa wilayah terdampak cuaca ekstreme pada periode 8-10 Desember.

"Jadi perlu kami sampaikan beberapa wilayah terdampak antara lain dalam durasi 8 hingga 10 Desember yaitu kepulauan Natuna, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Lampung, Provinsi Banten, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Gorontalo, Ternate, Halmahera, Papua Barat (bagian utara), dan Papua (Papua bagian utara)," ujar Dwikorita.

"Khusus untuk Papua Barat itu adalah Papua Barat bagian utara dan Papua adalah Papua bagian utara yang berhadapan langsung dengan samudera pasifik," ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo mengimbau atas potensi cuaca ekstreme tersebut masyarakat di wilayah terdampak itu diimbau segera mengantisipasi dan menyiapkan langkah mitigasi bencana. BMKG telah menyampaikan informasi tersebut kepada BPBD, Kementerian KKP, dinas perikanan dan stakeholder lainnya di pelabuhan penyeberangan dan pelabuhan perikanan.

"Kondisi ini yang perlu kita cermati dari tiga fase yang bersamaan yaitu angin kencang di pesisir, diikuti gelombang tinggi, ditambah fase pasang maksimum jika kita tambah lagi dengan curah hujan yang lebat tentunya ini akan semakin menambah dampak tingginya genangan di perkampungan-perkampungan nelayan atau pesisir," kata Eko.

"Bahwasanya masyarakat pesisir di 19 wilayah tadi perlu melakukan upaya-upaya adaptasi dan mitigasi yang konkrit agar tidak timbul kerugian-kerugian di masyarakat," imbuhnya.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar