Survei Indikator: Lulusan SD Sampai Akademisi Tolak Jokowi 3 Periode

Senin, 06/12/2021 06:18 WIB
Presiden Joko Widodo (Foto: CNN)

Presiden Joko Widodo (Foto: CNN)

Jakarta, law-justice.co - Hasil survei Indikator Politik Indonesia menyatakan bahwa wacana Joko Widodo menjadi Presiden untuk yang ketiga kalinya ternyata banyak penolakan.

Hasil survei Indikator Politik Indonesia ini memotret semakin tinggi pendidikan seseorang menolak Presiden Joko Widodo untuk maju kembali sebagai calon presiden di Pilpres 2024 yang akan datang.

Demkian disampaikan Direktur Eksekutif Survei Indikator Indonesia Burhanuddin Muhtadi saat menyampaikan hasil surveinya secara virtual terkait kinerja presiden, pemulihan ekonomi paska pandemi Covid-19 dan peta elektoral terkini, Minggu (5/12).

Dalam hasil temuannya disebutkan, pada jenjang pendidikan masyarakat setingkat SD hanya 44,9 persen yang setuju Jokowi tiga periode, sedangkan 49,7 persen tidak setuju.

Untuk setingkat SMP/SLTA hanyak 43.9 persen yang setuju, dan 52,2 persen yang menolak atau kurang setuju Jokowi tiga periode.

Selanjutnya untuk tingkat SMA/SLTA hanya 36.8 persen yang setuju atau sangat setuju Presiden Jokowi tiga periode, namun 59.9 persen kurang atau menolak tiga periode.

Jenjang perkuliahan atau akademisi yang setuju Jokowi tiga periode hanya 17.9 persen, sebanyak 80.1 persen kurang atau menolak penambahan periode kepemimpinan Jokowi.

Adapun dari tingkat pekerjaannya, petani, buruh kasar, pekerja tidak tetap, supir ojek, PKL dan pengangguran tidak setuju Presiden Joko Widodo tiga periode sebanyak 56.0 persen.

Sebanyak 66.5 persen dari kalangan pegawai, wiraswasta, guru, dosen, tidak setuju atau menolak Presiden Jokowi tiga periode. Ibu rumah tangga pun tidak setuju Jokowi tiga periode, sebanyak 58.4 persen.

Hasil temuan survei Indikator Indonesia ini dilakukan dalam metode multistage random sampling, dengan total sampel 2020 responden dengan perincian sampel basis sebanyak 1.220 orang dan over sample sebanyak 800 responden di sepuluh provinsi yang ada di Pulau Sumatera dengan margin error kurang lebih 2,9 persen.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar