Yaqut Sindir Pihak Tuding Dirinya Salahgunakan wewenang: Kurang Ngopi!

Minggu, 05/12/2021 22:00 WIB
Menteri Agama Yaqut Cholil Qaumas (Gus Yaqut) (Tirto.id)

Menteri Agama Yaqut Cholil Qaumas (Gus Yaqut) (Tirto.id)

Jakarta, law-justice.co - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas akhirnya angkat bicara terkait berbagai tudingan terkait Muktamar Nahdlatul Ulama ke 34 di Lampung yang muncul belakangan ini.


Menag Yaqut dalam sebulan terakhir terus dikait-kaitkan telah diduga melakukan penyalahgunaan wewenang.

Tudingan yang muncul tidak main-main, mulai dugaan sabotase Muktamar dengan memesan banyak kamar di lokasi Muktamar, termasuk disebut melakukan ancaman kepada ASN Kemenag yang menjabat petinggi NU wilayah dan kabupaten.


Yaqut menjelaskan, sebagai Ketua Umum GP Ansor ia mendukung penuh pelaksanaan muktamar NU pada tanggal 17-19 Desember sesuai hasil koordinasi nasional. Argumentasi Politisi PKB itu adalah regenerasi sebuah organisasi mutlak harus dilakukan.

Terkait posisinya sebagai adik kandung salah satu kandidat yakni Yahya Cholil Staquf, ia memastikan dirinya akan mendukung penuh kakaknya. Sikap politik yang ia ambil sejalan dengan ajaran ayahandanya KH Cholil Bisri.

"Sebagai saudara kandung muda, Allah yarham Abah mengajarkan untuk tidak menentang dan bertentangan sesama saudara. Apalagi saudara lebih tua. Ikuti dan dukung sebisanya,” kata Yaqut melalui laman media sosial pribadinya, Minggu (5/12/2021)

Meski demikian, Yaqut menegaskan posisinya yang saat ini menjabat Menteri Agama mengharuskan dirinya netral.

Sebagai pembantu Presiden Joko Widodo, Yaqut menjelaskan, dirinya hanya memiliki otoritas untuk mendukung kegiatan organisasi massa. Ia menegaskan bahwa dirinya tidak melakukan intervensi terkait dinamika Muktamar NU.


Secara halus, pria yang akrab disapa Gus menteri ini menyampaikan satiran kepada mereka yang menyerang dirinya untuk lebih banyak minum kopi dan pergi jalan-jalan untuk menenangkan pikiran jelang Muktamar NU ke-34.

"Sebagai pembantu Presiden, saya tidak terlibat dalam kontestasi karena memang negara hanya bersifat fasilitasi atas kegiatan dan dinamika Ormas. Kalau sampai di sini tidak paham juga, mungkin kita perlu ngopi lebih banyak dan piknik lebih jauh,” tutupnya

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar