Istri Suka Buka Medsos Tokoh Radikal, Banyak PNS Gagal Jadi Eselon I

Kamis, 02/12/2021 06:29 WIB
Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi Tjahjo Kumolo/Foto:Dok.Setkab.go.id

Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi Tjahjo Kumolo/Foto:Dok.Setkab.go.id

Jakarta, law-justice.co - Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB), Tjahjo Kumolo menegaskan bahwa tantangan Aparatur Sipil Negara (ASN) cukup berat dan kompleks.

Kata dia, salah satu tantangannya adalah masalah radikalisme dan terorisme.

Bahkan Tjahjo mengaku stres karena belasan PNS gagal menjadi Eselon I saat sidang Tim Penilai Akhir (TPA) karena kelakuan pasangannya.

“Ini saya bikin stres, dua tahun Menpan RB dalam sidang TPA, hampir di atas 16 calon Eselon I yang sudah hebat, profesor, doktor, mulai dari bawah naik, ikut TPA, gagal jadi Eselon I gara-gara kelakuan istrinya atau suaminya,” ujarnya dalam Seminar Nasional Reformasi Birokrasi dan Penandatangan Butir-Butir Komitmen Kepala Daerah, Rabu (12/1/2021).

Dia mengatakan bahwa banyak pasangan PNS yang sering membuka media sosial milik tokoh-tokoh radikal dan terorisme.

“Istrinya kalau malam kerjanya buka medsos tokoh-tokoh radikal, tokoh-tokoh teroris. Gagal. Pokoknya yang berbau radikalisme terorisme itu ancaman bangsa,” jelasnya.

Tjahjo memastikan bahwa pemerintah berani bersikap dalam menentukan siapa kawan dan siapa lawan. Apalagi radikalisme dan terorisme ini ada yang perorangan maupun kelompok. Selain itu ada yang terang-terangan atau sembunyi-sembunyi menyebar masalah radikalisme teroris.

“Termasuk di eselon II, eselon I, keluarganya yang berbau ini, atau suka buka medsos, didrop. Karena bukti aplikasi, rekam jejak media di HP-nya semua bisa terdata dengan baik,” jelasnya.

Dia menyebut bahwa hampir setiap bulan ada ASN yang diberhentikan karena terlibat masalah radikalisme dan terorisme.

“Di tantangan pertama. Hampir setiap bulan kami mengeluarkan SK ASN yang kita berhentikan karena terpapar radikalisme terorisme,” pungkasnya.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar