Tangkap 24 Pendana JI, Densus 88 Sebut Total Rp29 M per Tahun

Kamis, 25/11/2021 21:35 WIB
Densus 88 Tangkap Teoris di Lampung. (Istimewa)

Densus 88 Tangkap Teoris di Lampung. (Istimewa)

Jakarta, law-justice.co - Sebanyak 24 tersangka berkaitan dengan pendanaan jaringan teroris Jamaah Islamiyah (JI) telah berhasil ditangkap Densus 88 Polri.

Para tersangka itu terbagi dalam dua yayasan, yakni Syam Organizer dan Lembaga Amil Zakat Badan Mal Abdurrahman Bin Auf (LAZ BM ABA).

Kepala Bagian Bantuan Operasi (Kabagbanops) Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar mengatakan, etidaknya dalam setahun kedua yayasan tersebut dapat meraup keuntungan hampir mencapai Rp30 miliar.

Menurutnya, jumlah diperkirakan dapat bertambah lantaran hanya yang tercatat dalam laporan keuangan resmi milik yayasan.

"Pendapatannya hampir sekitar Rp15 miliar per tahun. Jadi itu yang baru masuk dalam hitungan laporan keuangan mereka," kata Aswin, Kamis (25/11/2021).

"Di BM ABA juga tidak jauh beda, itu sekitara Rp14 miliar per tahun," sambungnya.

Aswin menjelaskan, modus pendanaan teroris tersebut menggunakan sistem sel terputus untuk menghindari pencatatan-pencatatan formal yang dilakukan oleh pemerintah.

Misalnya, penyidik sempat menyita uang tunai sebesar Rp944,8 juta saat menggeledah kantor Syam Organizer beberapa waktu lalu.

"Jumlah ini jauh lebih fantastis dibandingkan apa yang bisa kami ungkap dalam bentuk laporan," ucapnya mengutip CNNIndonesia.

Aswin mengatakan bahwa penyidikan untuk mengungkap mekanisme pendanaan jaringan JI tersebut masih terus dikembangkan. Ia menuturkan bahwa penyidik masih menyusun rangkaian peristiwa yang selama ini berhasil diungkap.

Menurutnya, upaya yang dilakukan tersebut merupakan hal yang jangka panjang dan tidak memakan waktu dalam satu atau dua tahun terakhir.

Densus 88, kata dia, saat ini tengah menyasar pada sejumlah otak atau pihak yang berada di belakang organisasi untuk menggerakkan jaringan. Penangkapan kini tak lagi banyak dilakukan terhadap para kombatan jaringan yang melakukan aksi teror seperti pengeboman.

"Kami makin naik ke atas, kami sudah jauh dari tangan yang dulunya berlumuran lumpur dengan darah. Yang bagian meledak-meledak, yang bagian menyerang-menyerang. Sekarang kami naik ke atas ke bagian otak, strategi seperti pendanaan dan lainnya," pungkasnya.

 

 

(Tim Liputan News\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar