Kerusuhan Landa Negara-negara Eropa

Rabu, 24/11/2021 10:56 WIB
Para pengunjuk rasa di Brussels memulai kebakaran ketika kerusuhan Eropa atas pembatasan virus corona menyebar ke ibu kota Belgia © Hatim

Para pengunjuk rasa di Brussels memulai kebakaran ketika kerusuhan Eropa atas pembatasan virus corona menyebar ke ibu kota Belgia © Hatim

law-justice.co -  

Protes Eropa terhadap pembatasan Covid-19 menyebar ke  beberapa negara di Eropa .  Brussel pada hari Minggu ketika puluhan ribu demonstran berbaris melalui pusat kota dalam protes yang kemudian berubah menjadi kekerasan.

Protes juga pecah di Austria, Italia, Belanda, Swiss dan Kroasia selama akhir pekan ketika pemerintah Eropa meningkatkan upaya mereka untuk mengekang peningkatan tajam dalam infeksi yang memberi tekanan pada sistem perawatan kesehatan di seluruh benua dan pekan lalu mendorong Organisasi Kesehatan Dunia. untuk mengungkapkan keprihatinan.

Di Brussel, 35.000 orang ambil bagian dalam protes damai di dekat markas besar Uni Eropa. Demonstrasi kemudian meletus menjadi kekerasan. Polisi mengerahkan meriam air, gas air mata, dan petugas yang dipasang sebagai tanggapan terhadap kelompok yang melemparkan proyektil.

Polisi melakukan lebih dari 40 penangkapan setelah beberapa toko dibobol, dan video di media sosial menunjukkan barikade terbakar dan mobil polisi rusak parah. Tiga petugas polisi dibawa ke rumah sakit dengan luka ringan.

Belgia memiliki salah satu tingkat vaksinasi tertinggi di Eropa tetapi menerapkan kembali pembatasan karena kasus melonjak. Provinsi yang paling banyak divaksinasi di negara itu, Flanders Barat, memiliki salah satu tingkat infeksi tertinggi di negara itu. Pekan lalu, pemerintah memperluas aturan kerja dari rumah dan memperkuat pembatasan pada yang tidak divaksinasi.

Ada malam kedua kerusuhan di Belanda pada hari Sabtu atas pengenalan pembatasan virus corona baru. Gangguan itu menyebabkan puluhan penangkapan di seluruh negeri, dengan pihak berwenang mengerahkan polisi, anjing, dan meriam air di tiga provinsi setelah pengunjuk rasa memulai kebakaran dan melemparkan batu dan kembang api.

Austria, Belanda, dan Jerman mengalami peningkatan kasus tercepat di Eropa barat sejak awal bulan. Akhir pekan lalu beban kasus Jerman mencapai rekor tertinggi, dengan penjabat menteri kesehatan Jens Spahn mengatakan penguncian penuh tidak dapat dikesampingkan.

Austria memulai penguncian nasional pada hari Senin, sementara pembatasan lebih lanjut akan mulai berlaku di negara-negara Eropa lainnya.

Di Yunani, orang yang tidak divaksinasi tidak akan diizinkan masuk ke ruang dalam ruangan, termasuk restoran, bioskop, museum, dan pusat kebugaran. Sertifikat vaksinasi untuk usia di atas 60-an akan berlaku hanya selama tujuh bulan, dengan orang-orang kemudian diminta untuk mendapatkan suntikan “penguat” untuk mempertahankan validitas.

Di Slovakia, perdana menteri negara itu, Eduard Heger, mengumumkan "penguncian untuk yang tidak divaksinasi" mulai Senin.

Di Belanda, keresahan dipicu oleh rencana untuk membatasi penggunaan pass Covid bagi mereka yang telah divaksinasi atau telah pulih dari Covid-19. Sebelumnya, itu juga mencakup orang dengan hasil tes negatif. Larangan kembang api untuk perayaan malam tahun baru juga memicu kemarahan.

Pembatasan baru diperkirakan akan berlangsung selama tiga minggu pertama.

 

Hanya beberapa bulan lalu, kasus Covid-19 di Eropa anjlok ke tingkat terendah sejak awal pandemi.
Namun pekan ini, serangkaian kerusuhan terjadi di berbagai kota Eropa diwarnai dengan dibakarnya mobil-mobil dan polisi anti huru-hara dikerahkan.

Inilah yang menjadi penyebab kemarahan warga.

Covid meningkat tajam di Eropa, Jerman keluarkan peringatan keras dan Austria `lockdown` nasional .Protes pembatasan kegiatan terkait Covid di Belanda, satu SD dibakar Uni Eropa terbitkan paspor vaksin covid, seperti apa dan mengapa dibutuhkan?

Polisi membalas dengan menggunakan pentungan, anjing, kuda, meriam air dan bahkan melepaskan tembakan peringatan.

Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte, menggambarkan malam-malam kerusuhan ini sebagai "kekerasan murni."

EPAPolisi anti huru-hara di Belgia menggunakan meriam air.

Di Belgia, para demontran merusak kendaraan-kendaraan polisi dan mereka dihadapi dengan gas air mata dan semprotan meriam air.

Sabtu (20/11) lalu, sekitar 40.000 orang turun di jalan-jalan di ibukota Austria, Wina, dalam protes damai yang diorganir oleh partai sayap kanan, Freedom.

Demonstrasi juga terjadi di Italia, Denmark dan Kroasia.

Belanda menerapkan tiga minggu pembatasan terbatas setelah melonjaknya kasus Covid. Bar dan restoran harus ditutup lebih awal dan massa dilarang nonton pertandingan olahraga.

Kebijakan masker diperketat di Belgia, termasuk di tempat-tempat seperti restoran-restoran yang juga mensyaratkan sertifikat Covid.

Sebagian besar orang harus bekerja dari rumah empat hari seminggu sampai pertengahan Desember.

Aturan yang sama juga akan diterapkan di negara-negara lain seperti Jerman, Yunani dan Ceko.

Namun peraturan terketat adalah di Austria.

Selain karantina wilayah secara nasional yang mengharuskan orang tinggal di rumah, kecuali bila ada keperluan penting, Austria menjadi negara Eropa pertama yang mewajibkan vaksinasi Covid. Peraturan ini mulai berlaku Februari.

Walaupun ditentang keras, Kanselir Alexander Schallenberg mengatakan langkah itu penting karena penolakan vaksin.

"Karena didorong oleh para penentang radikal antivaksin, berita palsu, terlalu banyak orang yang tak divaksin," katanya.

"Akibat dorongan kelompok radikal anti-vaksin, berita palsu, terlalu banyak orang yang tidak divaksin," katanya.

"Akibatnya unit intensif di rumah sakit penuh dan banyak orang menderita."

Mengapa pembatasan baru sekarang?

Peraturan baru itu diterapkan karena lonjakan kasus Covid di seluruh Eropa.

Walaupun banyak orang yang telah divaksin dibandingkan dengan belahan lain di dunia, kasus di Eropa naik dalam beberapa pekan terakhir ini.

Jerman dan Belanda mencatat kenaikan kasus empat kali lipat sejak bulan lalu, sementara di Austria, lima kali lipat lebih tinggi.

Direktur Organisasi Kesehatan Dunia, WHO untuk Eropa, Dr Hans Kluge mengatakan kepada BBC, sebanyak 500.000 lagi orang diperkirakan bisa menjadi korban meninggal Covid pada bulan Maret bila tidak ada tindakan yang diambil segera.

Ia memperingatkan bahwa ia "sangat khawatir."

Ia mendukung sebagian besar langkah yang diambil negara-negara Eropa namun memperingatkan kewajiban vaksinasi harus dijadilan "upaya terakhir."

Dr Hans Kluge mengatakan ia menginginkan "perdebatan berbasis sosial dan legal" tentang isu pengetatan ini.

Dr Kluge telah lama menyarankan penggunaan masker dan mendukung peraturan orang ke restoran, pertandingan olahraga, serta tempat umum lain, hanya bagi yang telah divaksin.

Mengapa kasus Covid naik tajam? 
Alasannya berbeda di sejumlah negara.

Dr Kluge mengatakan faktor musim dingin, kurang tinggi angka vaksinasi serta varian Delta yang lebih cepat menular, merupakan penyebab naiknya kasus.

Banyak negara Eropa melonggarkan peraturan, seperti jaga jarak dan penggunaan masker lebih dulu tahun ini karena kasus turun dan angka vaksinasi semakin naik.

Bahkan di antara mereka yang telah divaksin, varian Delta telah terbukti masih dapat menyebar cepat, karena orang tak lagi jaga jarak.

Apakah kematian akibat Covid juga meningkat drastis?
ReutersVaksin telah menunjukkan hasil.

Namun di tengah ini semua, ada berita bagus.

Vaksin telah terbukti mencegah orang sakit parah dan sekarat.

Sebelumnya, peningkatan tajam kasus diiringi dengan naiknya orang meninggal.

Namun seiring dengan penerapan vaksin, semakin sedikit orang yang meninggal akibat Covid walaupun kasusnya naik.

 

(Patia\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar