Terungkap 5 Alasan MU Lebih Cepat Pecat Ole Gunnar Solskjaer

Senin, 22/11/2021 13:02 WIB
Ole Gunnar Solskjaer (Tangkap layar MU TV)

Ole Gunnar Solskjaer (Tangkap layar MU TV)

law-justice.co - Ole Gunnar Solskjaer resmi berpisah dengan Manchester United pada Minggu (21/11/2021). Nama Ole santer jadi sorotan setelah hasil buruk yang terus menerus dialami Manchester United.

Ole memang sebetulnya sudah naik-turun sejak awal musim. Kekalahan 1-4 dari Watford akhir pekan lalu (20/11) menjadi titik puncak desakan pemecatan tersebut.

Ole dicatat tak memiliki prestasi yang cukup prestisius selama melatih MU. Bahkan, dia pergi dengan kesan buruk dan tanpa trofi.

Mengutip bola.net, setidaknya ada 5 alasan mengapa Solskjaer seharusnya dipecat lebih cepat, yakni:

1. Krisis taktik

Bulan-bulan awal melatih MU, Solskjaer terbukti mampu membangkitkan tim yang sempat terpuruk di era Jose Mourinho. Solskjaer dianggap sukses sebagai interim.

Kesuksesan itu mengantarkan Solskjaer meneken kontrak permanen. Tentu kontrak ini memberikan suntikan moral, MU masih bermain baik.

Sayangnya, level permainan MU terus merosot dalam satu setengah tahun terakhir. Solskjaer dinilai tidak punya variasi taktik untuk membantu MU menghadapi laga-laga sulit.

2. Tanpa trofi

Solskjaer tercatat sebagai pelatih dengan pengeluaran belanja pemain terbesar di antara pelatih Premier League lainnya dalam periode yang sama. Ini menunjukkan dukungan manajemen untuk Solskjaer.

Sayangnya, hingga kepergiannya Solskjaer belum bisa mempersembahkan trofi. Paling banter MU hanya bisa melaju sampai final dan finis sebagai runner-up.

Tentu ini catatan mengecewakan untuk pelatih yang sudah bekerja hampir selama tiga tahun. Untuk standar MU, seharusnya Solskjaer sudah dipecat lebih cepat.

3. Manajemen skuad

Skuad MU yang sekarang tidak bisa disebut buruk. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir MU memiliki salah satu skuad terbaik di Liga Inggris.

Musim ini mereka punya pemain-pemain top seperti Cristiano Ronaldo dan Bruno Fernandes, dan masih ada nama-nama seperti Marcus Rashford dan Jadon Sancho.

Sayangnya, Solskjaer tampak kesulitan memaksimalkan potensi skuadnya. Pemilihan starting XI meragukan, pergantian pemain juga kurang meyakinkan.

4. Level pelatih

MU harus berterima kasih pada Solskjaer karena bisa membangkitkan tim sebagai pelatih interim. Saat itu Solskjaer mampu mengembalikan jati diri MU yang sempat rusak di era Mourinho.

Namun, seharusnya manajemen MU tahu bahwa kualitas Solskjaer hanya sampai di level itu. Dia bagus sebagai interim, tapi tidak cukup berkualitas untuk jadi pelatih utama dengan target juara.

Solskjaer masih minim pengalaman. Dia perlu melatih tim-tim lain terlebih dahulu sebelum menuntun MU jadi juara.

5. Suara fans

Fans MU sudah lama menyuarakan pemecatan Solskjaer, bahkan sejak musim lalu. Sayangnya, pihak klub tampak mengabaikan suara-suara tersebut.

Situasi Solskjaer sedikit unik. Ada pola yang terulang: MU main buruk > #OleOut membahana > MU main apik > Solskjaer aman.

Pola tersebut terus terulang, tapi pihak klub tampak pasif. Andai lebih mendengarkan permintaan fans, mungkin Solskjaer sudah dilepas sebelum situasi semakin buruk seperti sekarang.

 

(Tim Liputan News\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar