Menko Mahfud Bantah Ada Ketegangan Antara Pemerintah dengan MUI

Minggu, 21/11/2021 05:54 WIB
Menkopolhukam, Mahfud MD. (Foto: Polhukam.go.id)

Menkopolhukam, Mahfud MD. (Foto: Polhukam.go.id)

Jakarta, law-justice.co - Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Mahfud MD mengaku mengetahui soal adanya persepsi bahwa pemerintah dan aparat (dalam hal ini Densus 88 Antiteror) bermusuhan dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Mahfud mengungkapkan, sebenarnya pemerintah dan MUI punya hubungan baik, meski belum lama ini ada dua oknum MUI yang ditangkap Densus 88 terkait kasus terorisme.

"Memang kita dibuat kaget dengan peristiwa penangkapan tiga teroris yang di antaranya ada yang merupakan oknum Majelis Ulama Indonesia. Kita semua kaget masa di MUI ada begitu," kata Mahfud lewat siaran pers via kanal YouTube Kemenko Polhukam RI, Sabtu (20/11/2021).

Seperti diketahui, Densus 88 telah menangkap tiga terduga teroris di sejumlah wilayah Kota Bekasi, Selasa (16/11).

Salah satunya, ada anggota Komisi Fatwa MUI Ahmad Zain An-Najah yang disebut berperan dalam Jamaah Islmaiyah (JI), organisasi teror. Ada satu lagi, yakni Farid Okbah yang merupakan pengurus MUI Kota Bekasi (sekarang nonaktif).

Mahfud berpandangan, sebenarnya orang terindikasi teroris tidak hanya di MUI saja tapi juga di tempat-tempat lainnya. Densus 88 tentu tidak sembarangan menyasar orang.

"Densus juga sering dituding berlebihan menangkapi orang sembarang kemudian melanggar marwah Majelis Ulama sehingga seakan-akan pemerintah diperhadapkan bersitegang dengan Majelis Ulama," tutur Mahfud.

Menurut Mahfud, tudingan bahwa Densus 88 sembarangan menangkap orang tidaklah benar. Pemerintah juga tidak bersitegang dengan MUI. Mahfud menepis persepsi soal ketegangan hubungan pemerintah dan MUI.

"Tidak lah. Kita dengan Majelis Ulama itu dekat saling berkomunikasi terus, sepakat untuk melawan terorisme," kata Mahfud.

Pemerintah dan aparatnya terus menangani terorisme. Pemerintah tidak ingin dinilai kecolongan bila ada aksi terorisme yang menjadi nyata. Maka, aparat bergerak sebelum teroris beraksi.

"Ini kan pemerintah serba dituding juga ada bom meledak, katanya pemerintahnya bego sampai ada bom meledak di Makassar, di Surabaya. Begitu bertindak lebih cepat, oh pemerintah ini sewenang-wenang. Mari kita profesional saja," kata Mahfud.

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar