BEM SI: Kekerasan Seksual di Kampus Terbanyak dari Dosen ke Mahasiswa

Sabtu, 13/11/2021 18:40 WIB
Ilustrasi kekerasan seksual (Pixabay)

Ilustrasi kekerasan seksual (Pixabay)

Jakarta, law-justice.co - Permendikbudristek masih menjadi polemik, tapi tak bisa dibantah jika kekerasan seksual di lingkungan kampus menjadi keresahan bersama.

Koordinator Forum Perempuan BEM SI, Zakiah Darajat, menyebut kasus kekerasan seksual di lingkungan kampus banyak menimpa mahasiswa yang sedang bimbingan tugas akhir atau skripsi. Berdasarkan sejumlah kasus, cerita yang masuk ke BEM SI adalah kekerasan seksual di lingkungan kampus didominasi oleh dosen ke mahasiswa.


"Dari kasus yang terjadi, kita masih mendapati pelakunya dosen ke mahasiswa. Kita tidak menutup mata bahwasannya bisa jadi mahasiswa ke mahasiswa seperti itu. Tapi dari kasus yang kita temukan di lapangan, memang lebih banyak dosen ke mahasiswa apa lagi yang tengah melakukan bimbingan akhir itu kita banyak dapat ceritanya," kata Zakia saat diskusi virtual bertajuk `Pro Kontra Permendikbud PPKS`, Sabtu (13/11/2021).

Zakia menuturkan tidak menutup kemungkinan kekerasan seksual antara sesama mahasiswa juga terjadi. Namun kata Zakia, jumlahnya masih lebih besar dosen ke mahasiswa.

"Tidak menutup kemungkinan mahasiswa sesama mahasiswa itu bisa terjadi, tapi kebanyakan kasus masuk yang dilaporkan ini dosen ke mahasiswa seperti itu," tuturnya.

"Walaupun ada beberapa kasus yang ini orang luar ya seperti menunjukkan kelamin tiba-tiba seperti itu. Biasanya ini terjadi dari masyarakat sekitar kampus yang masuk ke kampus seperti itu. Sejauh ini antara mahasiswa ke mahasiswi atau mahasiswi ke mahasiswa masih minim kita dengar kasusnya," lanjutnya.

Zakia mengatakan secara umum setiap kampus berupaya untuk menjaga nama baik. Sebab, segala tindakan asusila yang terjadi dianggap sebagai kegagalan kampus membuat ruang perlindungan dan menciptakan lingkungan yang aman dari tindakan kekerasan seksual.

"Ketika dikatakan upaya dari kampus sendiri, kita di sini tidak bisa bohong bahwasanya setiap kampus pasti berupaya menjaga nama baiknya. Dan kita dari kampus terdengar terjadi tindakan asusila maka ini akan jadi sorotan dari warga net, dari netizen sendiri, bahwa kampusnya berarti gagal menciptakan ruang perlindungan, bagaimana menciptakan ruang pendidikan yang aman dari tindakan seksual gitu," ucapnya.

Lebih lanjut Zakia menyampaikan masih ada kampus yang menutupi kasus kekerasan seksual demi menjaga nama baik. Meski demikian, dia menyebut tidak semua kampus seperti itu, ada beberapa kampus yang memang melakukan tindakan tegas pelaku kekerasan seksual.

"Tapi kita nggak boleh kemudian semua kampus itu sama, kampus tidak mengakomodir. Ada kemudian kampus-kampus yang menindak tegas, ada kampus-kampus yang menjaga citranya tadi ya selesai dengan cara kekeluargaan dan ada juga kasus-kasus yang dibiarkan sampai akhirnya lupa sendiri," imbuhnya.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar