Ini Jawaban Bos Freeport soal Protes Warga Papua-Perubahan Iklim

Jum'at, 05/11/2021 12:07 WIB
PT Freeport Indonesia (PTFI) (teropongsenayan)

PT Freeport Indonesia (PTFI) (teropongsenayan)

Jakarta, law-justice.co - Baru-baru ini, isu perubahan iklim sedang banyak menyedot perhatian dunia. Sejumlah negara di dunia berkomitmen untuk mengatasi permasalahan yang disebabkan oleh perubahan Iklim (climate change).

Berbagai pihak pun diharapkan dapat turut membantu mengatasi persoalan lingkungan tersebut.

Perubahan iklim juga sedang dibahas di dalam konferensi internasional, the 26th UN Climate Change Conference of the Parties (COP26) di Glasgow.

Seperti melansir detik.com, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI), Tony Wenas pun menjawab isu tersebut.

"Jadi intinya adalah bahwa kami di perusahaan dan juga beberapa perusahaan-perusahaan lainnya ikut berkontribusi dan mendukung pemerintah dalam upaya mengurangi emisi karbon supaya perubahan iklim itu bisa direm," katanya.

Tak hanya perubahan iklim, bos PTFI juga menyoroti pengembangan kendaraan listrik yang sedang digalakkan oleh pemerintah sekarang ini. Industri tersebut membutuhkan tembaga, yang mana salah satu hasil tambang Freeport adalah bijih tembaga.

Tony Wenas juga buka suara mengenai pembangunan smelter PTFI di Gresik yang menuai protes dari warga Papua. Warga Papua ingin agar smelter dibangun di tanah mereka. Namun pembangunan sudah kadung dimulai di Gresik.

Seperti apa jawaban Bos PTFI? Berikut penjelasan selengkapnya:

Seluruh dunia saat ini lagi seksi dengan isu perubahan iklim dan sekarang juga lagi digelar COP26. Dari PT Freeport sendiri mengambil peran dalam isu perubahan iklim ini seperti apa?

Jadi intinya adalah bahwa kami di perusahaan dan juga beberapa perusahaan-perusahaan lainnya ikut berkontribusi dan mendukung pemerintah dalam upaya mengurangi emisi karbon supaya perubahan iklim itu bisa direm lah. Kan seperti diketahui ada NDC ya.

Tentu saja perusahaan harus ikut berperan lah untuk mendukung tujuan dari pemerintah itu dan untuk kepentingan iklim itu sendiri, dan kami memainkan peranan penting juga di dalam menjalankan perusahaan ini supaya operasi perusahaan itu dapat dilakukan secara bertanggung jawab, dengan terus memperhatikan aspek-aspek lingkungan, sosial dan tata kelolanya.

Jadi ESG nya juga tetap harus dikedepankan ya berbarengan sosial, governance, dan tentu saja ini juga akan antara lain adalah untuk membuat upaya-upaya untuk mengurangi emisi karbon.

Langkah konkretnya sendiri, komitmen PTFI dalam menekan emisi karbon pada kegiatan operasional pertambangan, mulai dari kegiatan penambangan itu sendiri sampai pengoperasian smelter seperti apa?

Jadi kalau dilihat dari operasi penambangan kami, kan PTFI tadinya yang utamanya adalah yang open pit ya, open pit ini kan menggunakan truk truk besar ya yang pada dasarnya dijalankan dengan menggunakan fossil fuel, menggunakan solar, dan kami transisi ke tambang bawah tanah tentu saja pada di tambang bawah tanah ini kami melakukan inovasi-inovasi, yaitu untuk fokus kepada efisiensi energi dan juga otomatisasi aset-aset kita, antara lain contohnya adalah kami di tambang bawah tanah Grasberg Block Caving itu sistem pengangkutan bijihnya itu menggunakan kereta listrik, kereta listrik ini bisa mengangkut 300 ton, jadi sama seperti satu truk besar yang kapasitas 300 ton. tentu saja dengan penggunaan kereta listrik ini mengurangi emisi karbon yang sangat signifikan juga.

Di samping itu kami juga membangun duel fuel power plant ya, pltmg/pembangkit listrik tenaga minyak dan gas yang menggunakan -kalau dia bisa dua- bisa pakai minyak, bisa pakai gas, dan kalau pakai minyak itu pakai B30 biofuel yang jauh lebih rendah emisinya dan gas yang lebih rendah emisinya.

Kami juga melihat beberapa kemungkinan melakukan elektrifikasi peralatan peralatan lainnya, antara lain alat berat yang di tambang bawah tanah kami itu juga kami upayakan untuk menggunakan energi listrik juga sehingga akan lebih rendah emisinya, dan tentu saja ini akan sangat membantu untuk pengurangan emisi karbon, disamping tentu saja ada program-program lagi prestasi dan rehabilitasi lahan-lahan yang sudah tidak aktif.

Komitmen kami adalah mengurangi 30% intensitas emisi gas rumah kaca ini pada tahun 2030.

Langkah PTFI bagaimana dalam memanfaatkan sumber-sumber energi baru terbarukan? Pemerintah sendiri kan berkomitmen akan menghapus energi fosil ke depannya. Dari PTFI bagaimana kesiapannya?

Jadi ini energi terbarukan, jadi gini, kami memproduksi tembaga. Tembaga itu 65% di seluruh dunia ini adalah untuk penghantar listrik. Jadi kegiatan pertambangan tembaga kami ini adalah sebenarnya mendukung penggunaan renewable energy.

Kenapa? karena energi itu begitu diproduksi, dia harus sampai ke konsumen kan ya, ke masyarakat melalui tembaga. Kalau di mobil listrik juga ada nikel, di baterainya ada nikel, ini tembaga untuk penghantar listriknya kan.

Jadi contoh misalnya solar panel itu atau wind farm ya tenaga bayu juga renewable energy lainnya akan menggunakan tenaga 4 sampai 5 kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan fossil fuel.

Demikian juga mobil listrik akan menggunakan tenaga 4 kali lebih banyak daripada mobil konvensional. Jadi ini adalah program-program yang kami lakukan.

Sementara kalau di kami sendiri untuk menggunakan energi yang lebih bersih atau lebih rendah emisinya yaitu dengan duel fuel tadi karena topografi di tempat kami kan memang kalau untuk PLTB anginnya nggak cukup dan kami juga melakukan kajian-kajian lainnya karena kami beroperasi kan sampai dengan 2041, izin kami sampai 2041. Jadi kita sesuaikan juga dengan jangka waktu perizinan yang kami miliki.

Masalah lingkungan ini kan juga menjadi isu penting dalam pengelolaan pertambangan. Dari sisi rehabilitasi dan perlindungan ekosistemnya sendiri, komitmen PTFI seperti apa yang dilakukan?

Jadi sekarang rehabilitasi kami, lahan yang sudah tidak aktif itu sudah kami reklamasi, lakukan revegetasi, dan itu lahan yang sudah tidak aktif ada 1.000 hektar kira-kira yang kami sudah lakukan revegetasi dan reklamasi.

Di samping itu juga ada satu wilayah di daerah Sentani seluas 3.800 hektar yang kami sedang lakukan replanting lah, itu sudah di-regraded daerah hutan yang sudah di-regraded kami lakukan pembinaan, penanaman kembali.

Sekarang ini sudah sekitar lebih dari 4 juta pohon yang kami tanam dan akan terus kita lakukan ke depannya, di samping itu juga daerah wilayah Estuari atau Muara di daerah kerja kami itu kami tanami kembali dengan mangrove ya, dengan bakau yang pertahunnya itu antara 50 sampai 100 hektar yang kami tanami. Ini juga menjadi bagian dari pengelolaan lingkungan kami supaya ekosistem itu tetap terjaga, ekosistem di wilayah kerja kami tetap terjaga.

Di samping itu juga tambang terbuka Grasberg itu sudah kita mulai tanami kembali walaupun di Grasberg itu kan di open pit itu di ketinggian 4.000 meter ya, jadi memang tanaman yang bisa tumbuh di situ hanya rumput-rumputan dan perdu.

Tapi itu pun sudah kami tanami kembali. Progresnya memang bagus sekali karena tailing itu bukan tidak beracun, dia bisa ditanami kembali, bisa dibuat kolam ikan, bisa ditanami segala macam tumbuhan dan dalam waktu 10 tahun sebenarnya sudah nenjadi hutan muda kembali.

Tadi sempat disinggung kendaraan listrik. PTFI melihat peluang Indonesia mengambil peran besar di industri kendaraan listrik seperti apa?

Wah kami melihatnya itu opportunity-nya besar sekali. Pertama karena kita memiliki sumber daya alam yang sangat mendukung penggunaan mobil listrik, yaitu kita mempunyai nikel yang melimpah yang bisa menghasilkan baterai mobil listrik dan kita juga punya tembaga yang banyak, dan itu akan attached (melekat) dengan penggunaan mobil listrik, yaitu cabling-nya (instalasi kabel) akan lebih banyak untuk mobil listrik sehingga dengan beberapa mineral lainnya juga akan sangat mendukung untuk dibangunnya satu industri mobil listrik di Indonesia. Jadi ini peluang yang besar sekali.

Kan kita juga ketahui pemerintah sekarang sedang juga gencar untuk membuat deal dengan beberapa perusahaan dari luar negeri untuk -bukan hanya pabrik baterai- tapi juga pabrik mobil listrik akan segera dibangun di Indonesia, dan ini sekali lagi peluangnya besar dan kami yakin bahwa ini akan bisa terwujud dalam waktu dekat.

Artinya dari segi spesifikasi dan kualitas tembaga yang dihasilkan Freeport ini bisa ikut masuk ke dalam rantai pasok industri kendaraan listrik?

Betul sekali. Jadi kalau dikatakan sekarang ini kan PT Smelting ya yang sudah memproduksi katoda tembaga itu produksinya 300 ribu ton per tahun.

Dan kalau smelter tembaga baru yang kami sedang bangun di JIPE Gresik itu bisa beroperasi, itu akan ada tambahan 600 ribu ton katoda tembaga, dan ini jumlahnya sangat banyak dan harapannya adalah industri hilirnya, pabrik kabel dan lain sebagainya itu bisa ikut tumbuh untuk mendukung juga rencana pemerintah untuk membuat mobil listrik dan juga baterainya di dalam negeri.

Pembangunan smelter yang baru saja di-groundbreaking Presiden Jokowi di Gresik, ternyata ini memunculkan protes dari warga Papua `kenapa smelternya bukan dibangun di Papua`. Penjelasannya bagaimana?

Jadi kan sebenarnya pelaksanaan proyek ini memperhatikan banyak sekali aspek, aspek keekonomiannya juga perlu diperhatikan, aspek lokasi ke pasar, kemudian aspek ketersediaan lahan, aspek ketersediaan pelabuhan, aspek ketersediaan listrik, terus aspek dari industri lainnya, ini semuanya kami pertimbangkan.

Ini sudah dari sejak 5 tahun yang lalu lah kami lakukan studi untuk menentukan lokasinya di beberapa tempat, termasuk di Papua juga sudah dikaji dan memang akhirnya dari seluruh aspek itu pilihan yang paling baik adalah di JIPE di Gresik.

Menteri Investasi dan beberapa stakeholder kabarnya akan memenuhi permintaan warga Papua bahwa nanti smelter juga akan dibangun di Papua. Apakah benar seperti itu?

Saya juga mendengar hal yang sama bahwa memang ada rencana pemerintah untuk mengundang investor untuk membangun smelter tembaga di Papua. Itu kan menurut Pak Bahlil dan tentu saja apabila memang produksi konsentrat kami mencukupi akan bisa kita suplai juga kan ke situ dan ini sedang dibicarakan bersama dengan Kementerian Investasi dan Kementerian BUMN.

Produksi konsentratnya sendiri harus sampai berapa banyak supaya smelter di Papua memungkinkan untuk dibangun?

Jadi ini yang sedang kita bicarakan kebutuhan mereka berapa banyak, gitu kan, produksi kita berapa banyak sedang dibicarakan. Kalau Pak Bahlil kan bilang sedang dikaji bersama ya secara komprehensif antara PTFI, Kementerian Investasi dan Kementerian BUMN. Itu menjadi bagian juga yang sedang dikaji. Tapi itu lah rencana pemerintah seperti itu.

Apakah ada kata-kata penutup yang ingin disampaikan?

Sekali lagi bahwa yang ingin saya tambahkan adalah bahwa saya sebagai CEO PTFI dan juga sebagai Wakil Ketua Umum Investasi di Kadin juga berharap bahwa mengajak perusahaan-perusahaan baik swasta maupun BUMN untuk ikut serta lah berpartisipasi aktif dalam mendukung penurunan greenhouse gas emission ini yang diterapkan oleh pemerintah, dan hari Senin lalu saya juga berbicara di COP26 sini bersama dengan Dirut Pertamina, Dirut PLN, ada Ketua Umum Kadin, dan juga Dirut Vale, dan juga April Group itu memang sama-sama kami punya tekad yang sama dan mengajak juga yang lainnya. Bersama kita bisa.

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar