Menkeu Sri Mulyani: Kini Semua Orang Ngurusin Utang Negara, It Is Good

Senin, 25/10/2021 07:53 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati didampingi Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara (kiri) bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 4 November 2019. Rapat tersebut membahas evaluasi kinerja APBN 2019 dan rencana kerja APBN tahun anggaran 2020. TEMPO/Tony Hartawan

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati didampingi Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara (kiri) bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 4 November 2019. Rapat tersebut membahas evaluasi kinerja APBN 2019 dan rencana kerja APBN tahun anggaran 2020. TEMPO/Tony Hartawan

Jakarta, law-justice.co - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa hari-hari ini banyak orang yang secara detail menyoroti utang negara akibat krisis pandemi Covid-19.

Dia melihat kondisi ini berbeda dengan krisis-krisis sebelumnya.

“Sekarang semua orang ngurusin utang negara. Semua orang bicara mengenai itu. It is good bahwa kita punya ownership terhadap keuangan negara,” ujar Sri Mulyani dalam diskusi launching buku Kontan yang digelar secara virtual, Ahad, 24 Oktober 2021.

Menurut Sri Mulyani, pada krisis 1997 dan 1998, tak banyak pihak yang menaruh perhatian terhadap kondisi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Padahal saat itu utang negara melonjak akibat pemberian dana talangan kepada perbankan-perbankan dan korporasi besar yang kolaps.

Hampir semua orang, kata Sri Mulyani, melihat peningkatan utang sebagai kondisi “taken for granted” atau hal yang bisa diterima begitu saja. Begitu juga dengan kondisi krisis global 2008-2009. Tak banyak pihak yang memberikan perhatian terhadap APBN kala itu.

Sri Mulyani melanjutkan, kini masyarakat kian sadar bahwa keuangan negara adalah instrumen paling penting yang hadir saat terjadi krisis. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengatakan belajar dari tiga krisis yang pernah dilalui Indonesia, yaitu krisis moneter 1998, krisis global 2008, dan krisis pandemi Covid-19 2020, keuangan negara adalah penopang paling besar.

“Begitu terjadi hantaman, keuangan negara harus menjadi penyembuh dan penarik ekonomi balik lagi,” tutur Sri Mulyani.

Adapun pandemi Covid-19 bukan krisis terakhir yang akan dialami Indonesia. Dia menyebut ada ancaman krisis-krisis lain pada masa depan.

Dua di antaranya adalah perubahan iklim hingga gangguan-gangguan akibat transformasi digital. Krisis-krisis tersebut akan memunculkan perubahan yang signifikan, baik secara ekonomi, sosial, maupun politik.

Karena itu, kata Sri Mulyani, posisi keuangan negara tetap akan menjadi penopang perekonomian. Akibatnya, kondisi keuangan negara harus terus disehatkan agar negara memiliki ruang fiskal.

“Makanya kalau keuangan sehat, kita harus makin menyehatkan lagi. Waktu ekonomi bagus kita harus acummulate apa yang disebut amunisi sehingga kita punya fiscal space. Begitu terjadi hantaman, ruang fiskal itulah yang dipakai,” tutur Sri Mulyani.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar