China Dituding Menekan Indonesia Kapal Survei Masuk Ke Laut Natuna

Sabtu, 23/10/2021 22:24 WIB
Badan Keamanan Laut (Bakamla) berhasil mengintersep kapal survei China, Xiang Yang Hong 03 yang terbukti mematikan Automatic Identification System (AIS) ketika melintasi perairan Selat Sunda pada Rabu (ilustrasi).(Dokumen Bakamla RI)

Badan Keamanan Laut (Bakamla) berhasil mengintersep kapal survei China, Xiang Yang Hong 03 yang terbukti mematikan Automatic Identification System (AIS) ketika melintasi perairan Selat Sunda pada Rabu (ilustrasi).(Dokumen Bakamla RI)

law-justice.co -  

Akhir akhir ini China diketahui terus melakukan aktifitas di laut sekitar perairan Natuna .  China dituduh terus menekan Indonesia dengan mengirim kapal-kapal survei ke Laut Natuna. Itu merupakan upaya Beijing untuk meningkatkan minat maritimnya di Indo-Pasifik. 

Hal itu terlihat pemerintah Indonesia yang bersikap Lunak terhadap aktivitas kapal kapal China tersebut , pandangan ini hampir sama dengan Negara Philipina.  Kedua Negara ini  dianggap pengamat masih bersifat tidak mencurigai aktifitas survey negara China . Sangat berbeda dengan negara Malaysia yang masih bersikap tegas dan tidak berkompromi wilayah sekitarnya di masuki walau alasan survey yang berulang kali dilakukan kapal China.

Laporan Radio Free Asia mengatakan, selain Indonesia, Malaysia juga mengalami nasib serupa di mana kapal-kapal China beroperasi di dekat Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Kuala Lumpur.


Laporan itu mengatakan Jakarta telah meremehkan kehadiran kapal-kapal China, bahkan setelah para ahli menunjukkan bahwa pola seperti grid yang diciptakannya adalah tipikal dari survei dasar laut maritim. ( Red : posisi kapal kapal yang membentuk  pola yang sangat rapih seperti membentuk kotak kotak persegi dari titik kapal yang bersamaan dengan menjaga jarak antar kapal yang konstan sehingga berbentuk sangat rapih ) 

 
Kapal survei Haiyang Dizhi 10 milik China dilaporkan telah beroperasi di Laut Natuna Utara, wilayah utara Indonesia, sejak akhir Agustus.

Kapal tersebut dilaporkan masih berada di dekat Blok Tuna—ladang minyak dan gas penting di daerah tersebut. Meskipun butuh istirahat untuk memasok kembali pada akhir September, itu kembali pada bulan Oktober.

baca juga : Sebut Ribuan Kapal Asing Masuki Natuna, Bakamla Dicap Berbohong! (law-justice.co)

Ini terjadi karena Malaysia, tidak seperti Filipina dan Indonesia, mengambil sikap tegas terhadap kehadiran kapal survei China lainnya di dalam ZEE-nya. Kuala Lumpur memanggil utusan China untuk mengajukan protesnya dua minggu lalu terkait kehadiran kapal berbobot 4.600 ton; Da Yang Hao.

Data pelacakan kapal pada hari Senin menunjukkan kapal seberat 4.600 ton itu sekarang sedang dalam perjalanan ke utara, lebih dari 200 mil laut di sebelah barat Filipina.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan menolak isu tersebut, dengan mengatakan Indonesia menghormati kebebasan navigasi di Laut Natuna.

Huong Le Thu, seorang analis senior di Institut Kebijakan Strategis Australia, mengatakan kepada Radio Free Asia,   : "Indonesia sangat hati-hati selektif tentang bagaimana dan kapan bereaksi dan menanggapi ketegasan China, yang bahkan saya sebut provokasi, di Laut Natuna."

Huong menambahkan, meski Indonesia yakin bisa berurusan dengan China melalui dialog, itu butuh waktu. "China telah memodernisasi kemampuan militernya, merebut kembali pulau-pulau di Laut China Selatan, dan menumbuhkan ambisi. Saya tidak berpikir kita memiliki waktu seperti yang diperkirakan banyak orang di Jakarta," kata Huong.

Pada bulan Maret, sebuah laporan mengatakan bahwa China sedang mengumpulkan data tentang lingkungan bawah laut di Samudra Hindia, dan dua kapal survei pemerintah akan digunakan untuk hal yang sama. Kegiatan survei ini diklaim bertujuan untuk memberikan keuntungan bagi kapal selam China di wilayah

 

Seperti diberitakan sebelumnya  Badan Keamanan Laut (Bakamla) dulu pernah  mengusir karena mencurigai kapal survei China, Xiang Yang Hong 03 sempat mengoperasikan peralatan sensor bawah air sebelum petugas berhasil mengintersep di perairan Selat Sunda pada awal tahun ini  . Kecurigaan Bakamla berawal dari turunnya kecepatan ideal kapal dari 10 sampai 11 knot menjadi 6 hingga 8 knot. Terlebih, Xiang Yang Hong 03 juga diketahui tiga kali mematikan Automatic Identification System (AIS).

(Patia\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar