RI Tak Pasok Gas, Singapura Kelabakan dan Langsung Krisis Energi

Senin, 18/10/2021 18:55 WIB
Kasus Covid-19 melonjak lagi, Singapura lockdown (kompas)

Kasus Covid-19 melonjak lagi, Singapura lockdown (kompas)

Singapura, law-justice.co - Krisis energi global sepertinya sudah sampai ke negeri tetangga RI, Singapura. Sejumlah perusahaan pengecer listrik di negara itu kini bertumbangan.


Dua di antaranya Ohm Energy dan iSwitch. Perusahaan menghentikan operasi mereka di Singapura dengan alasan pasar listrik yang bergejolak.

Ohm Energy akan mentransfer semua rekening pengguna ke SP Group, perusahaan listrik milik negara di Singapura, Oktober. iSwitch sendiri mengaku akan menghentikan operasi 11 November melalui webnya.

Mengutip Channel News Asia (CNA) dan Bloomberg, Otoritas Pasar Energi (EMA) mengatakan pengecer listrik menghadapi tantangan karena situasi yang "luar biasa" di sektor energi. Pasar grosir listrik telah mengalami volatilitas harga yang lebih tinggi.

Hal ini didorong oleh peningkatan permintaan global untuk gas alam disertai penurunan produksi gas alam dan batu bara. Di Singapura, ada permintaan listrik yang lebih tinggi dari biasanya, dengan permintaan puncak sebesar 7.667 megawatt yang tercatat pada 12 Oktober.

Faktor pasokan dari RI juga jadi sebab lain. Otoritas energi setempat EMA menyebut ada pembatasan gas alam perpipaan dari West Natuna dan rendahnya gas yang dipasok dari Sumsel.

Sementara itu, Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno membenarkan soal gangguan dari RI ini. Namun saat ini, ia berujar seharusnya semua sudah kembali normal.

"Minggu lalu tidak ada operational disruption ya kecuali memang planned shutdown Jambi Merang untuk maintenance. (Tapi) beberapa waktu yang lalu ConocoPhillips memang ada gangguan cukup lama dari Mei sampai Agustus. Sekarang sudah back to normal," katanya menjawab pesan singkat.

"Pada waktu kita ada unplanned shutdown ya memang kurang supply ke Singapore. Tapi sekarang seharusnya sudah normal," tambahnya.

Sementara itu Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan sebenarnya masalah krisis energi Singapura adalah kombinasi. Namun memang pasokan RI mendominasi.

"Sekitar 60% pasokan gas mereka dari Indonesia," tegasnya.

Sebelumnya, Singapura memiliki sistem Pasar Listrik Terbuka (OEM) yang meliberalisasi kelistrikan. Diluncurkan di 2018, konsumen bisa mendapatkan pilihan dan fleksibilitas tinggi saat membeli listrik.

Sekitar setengah dari konsumen rumah tangga di Singapura telah beralih membeli listrik dari pengecer OEM. Separuh konsumen rumah tangga lainnya tetap membeli listrik dari SP Group dengan tarif yang diatur atau ke Pasar Grosir Listrik Singapura meski kecil.

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar