Solar Langka Cuma Boleh Beli Rp.300 Ribu, Warga RI Mulai Resah

Minggu, 17/10/2021 21:45 WIB
BBM Jenis Solar langka (Faktual)

BBM Jenis Solar langka (Faktual)

Jakarta, law-justice.co - Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bio solar terjadi di sejumlah daerah.

Akibatnya, para pengusaha angkutan pariwisata kini harus mengeluarkan biaya operasional yang lebih tinggi guna mencari SPBU yang memiliki stok solar berlimpah.

Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) V Hantoro mengatakan kelangkaan solar yang terjadi saat ini sangat menyulitkan jalannya operasional armada bus yang dimiliki oleh para pengusaha transportasi.


Pasalnya, waktu tempuh setiap bus yang beroperasi menjadi bertambah sebab para supir bus harus mencari SPBU yang memiliki stok BBM jenis solar akibat kuota solar yang terbatas.

"Ya pasti menganggu. Ngapain ada tol tapi akhirnya kami muter-muter mengubah rute untuk nyari solar. Kalau memang solar gak ada ya mbok dinaikan atau gimana aturannya. Jangan seperti ini, kan sama saja biaya yang kami keluarkan tinggi karena muter-muter," katanya, saat dikonfirmasi, Minggu (17/10/2021).

Akibat waktu tempuh yang bertambah itu, para pengusaha bus harus kehilangan margin sebesar 5 persen, karena sudah mengubah rute perjalanan demi mendapatkan solar.

"Misal muter-muter itu biaya yang keluar 5 persen ada, itu kan nominal saja. Yang kami sayangkan itu kan waktunya jadi panjang," tegas dia.

Sementara apabila kelangkaan solar disiasati dengan mengurangi armada bus yang akan beroperasi, para pengusaha angkutan darat itu sudah terikat kontrak dengan konsumen.

"Kalau pengurangan kendaraan gak bisa, tiket sudah terjual soalnya," paparnya.


Kelangkaan 


Sejumlah pihak mengeluhkan langkanya bahan bakar minyak (BBM) jenis solar di Sulawesi Utara beberapa pekan terakhir. Komisi II DPRD Provinsi Sulut meminta pemerintah provinsi mencari solusi mengatasi kelangkaan solar, termasuk dengan meminta kuota tambahan BBM . Komisi yang membidangi perekonomian dan keuangan ini juga merencanakan agenda hearing atau rapat dengar pendapat dengan pihak-pihak terkait untuk membahas kelangkaan solar di Sulut.

"Saya meminta kepada pihak Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara untuk dapat memberikan solusi ataupun mengambil langkah cepat terkait dengan kelangkaan solar ini," ucap Ketua Komisi II Cindy Wurangian, Minggu (17/10/2021). Cindy menuturkan, imbas dari kelangkaan solar ini dapat menyebabkan kenaikan harga barang-barang pokok. Sementara, menurut politikus Partai Golkar ini, kelangkaan solar bukan baru yang pertama.

Beberapa tahun lalu pihaknya juga pernah melakukan rapat dengar pendapat dengan pihak Pertamina selaku pemasok BBM. Namun, menurutnya, jawaban pihak Pertamina saat itu tak memuaskan. "Saya kira sudah tahu apa yang akan mereka jawab, yaitu Pertamina ini bukan regulator, Pertamina hanyalah operator. Jadi kalau kurang, bukan salahnya Pertamina, kira-kira seperti itu. Karena ini sudah beberapa kali, mudah-mudahan mereka ada jawaban lain," ujarnya.

Kelangkaan solar ini sudah disampaikan Cindy kepada Pemprov Sulut lewat Ketua Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Edwin Silangen yang merupakan Sekretaris Daerah (Sekda) Sulut, saat rapat pembahasan bersama badan anggaran (Banggar) DPRD Sulut, Kamis (14/10/2021).

Cindy menuturkan, kelangkaan solar sudah sangat meresahkan masyarakat. Jika BBM jenis solar bersubsidi sudah tidak ada, ia menilai, hal itu semestinya diumumkan ke masyarakat. Selain itu, pemprov juga dapat meminta kepada pihak Pertamina agar ada penambahan kuota BBM solar bersubsidi. "Jadi pertama, apakah dari Pemprov bisa memohon sehingga kuota BBM subsidi untuk Sulut diperbanyak atau mari kita umumkan bersama bahwa di lapangan mulai sekarang harga BBM sudah naik," ucapnya.

Terkait hal ini, Ketua TAPD Edwin Silangen mengatakan bahwa penyebab kelangkaan solar ini harus ditelusuri terlebih dulu. "Perlu ditelusuri lebih, karena BBM ini kan barang strategis. Ini bisa membuat terjadi satu konflik kalau kita tidak tangani segera," tandasnya.


Hanya Boleh Beli Maksimal Rp.300 Ribu


Beredar sebuah video yang memperlihatkan antrean panjang di sebuah SPBU untuk membeli bahan bakar jenis solar. Video yang diunggah Sabtu malam (16/10/2021) oleh akun tiktok @tozgen23 tersebut menyebutkan, kejadian solar langka di tol Trans Jawa terjadi sepanjang Semarang hingga Probolinggo.

"Solar langka di tol Trans Jawa sepanjang Semarang sampai Probolinggo, baru dapat solar di kota Probolinggo dan antrinya luar biasa panjang," tulis keterangan dalam video tersebut. Dalam video tersebut juga dikatakan, masih ada beberapa SPBU di tol Trans Jawa yang masih ready sola. Namun untuk pembeliannya akan dibatasi maksimal pembelian Rp 300.000.

 

Penjelasan Pertamina

Menanggapi hal ini Pjs. Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, SH C&T, Irto Ginting mengatakan, Keberhasilan pemerintah dalam program Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berdampak pada peningkatan kebutuhan atau permintaan BBM.

“Bahkan untuk Solar subsidi konsumsi harian sejak September mengalami peningkatan 15 persen dibandingkan rata-rata harian di periode Januari sampai Agustus 2021. Kenaikan signifikan terjadi di beberapa wilayah seperti Sumatera Barat dan Sumatera Utara serta Riau," kata Irto dalam keterangan resmi, Minggu (17/10/2021).

Pihak Pertamina mengatakan akan berkoordinasi dengan BPH Migas untuk mengupayakan penambahan kuota solar subsidi untuk beberapa daerah yang mengalami peningkatan kebutuhan solar. "Pertamina berkomitmen untuk memenuhinya dan paralel kami akan berkoordinasi dengan BPH Migas untuk penambahan kuota Solar subsidi,” jelas Irto. Pertamina juga mengatakan terus memastikan kecukupan dan distribusi Solar subsidi, mengoptimalkan produksi kilang, serta melakukan monitoring penyaluran agar tepat sasaran antara lain dengan sistem digitalisasi dan pemantauan secara real time.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar