Disedot Asing Selama 97 Tahun, Bagaimana Nasib Blok Rokan Kedepan?

Sabtu, 16/10/2021 21:40 WIB
Blok Rokan (Ist)

Blok Rokan (Ist)

Jakarta, law-justice.co - Menteri ESDM Arifin Tasrif menyatakan Blok Rokan masih berpotensial menghasilkan minyak dan gas bumi . Hal itu ia katakan saat melakukan kunjungan ke wilayah kerja Blok Rokan, Lapangan Duri dan Lapangan Minas, di Riau Kamis (14/10/2021).


"Setelah 97 tahun dikelola perusahaan multinasional, Blok Rokan diyakini masih memiliki sumber migas yang potensial untuk ke depannya, jadi untuk itu memang manajemen Pertamina harus melakukan pekerjaan eksplorasi drilling yang masif untuk bisa meningkatkan produksi lagi," ujar Arifin dalam keterangan tertulis Kementerian ESDM, dikutip Sabtu (16/10/2021).

Arifin bilang, jika dulu ada program steam flood maka ke depannya dimungkinkan ada program Chemical Enhanced oil recovery (CEOR). Selain kegiatan eksplorasi dengan menambah sumur-sumur baru, dia juga mengapresiasi upaya efisiensi dan penerapan teknologi dalam kegiatan produksinya, seperti yang diterapkan di pusat digitalisasi Integrated Optimization Decision Support Center (IODSC) untuk meningkatkan produksi.

"Jangan pernah lelah untuk terus melakukan proses penyempurnaan. Terus mencari terobosan nilai tambah. Jangan lengah dengan perkembangan teknologi yang ada dan terus memonitor teknologi yang bisa memberikan manfaat besar bagi perusahaan. Anda semua adalah pahlawan devisa," terangnya.

Arifin menjelaskan, masyarakat dunia saat ini telah sepakat untuk mengurangi pemanfaatan sumber-sumber energi fosil menjadi sumber energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi yang besar. Dia menuturkan, pemerintah menargetkan tujuan tersebut dapat tercapai pada 2050.

"Kita juga sudah menyepakati kesepakatan Paris dan kita sudah telurkan undang undang mengenai target pengurangan emisi, kita masih punya waktu sampai masyarakat dunia mentargetkan sampai tahun 2050 net zerro emission dan kita sendiri sedang menyusun roadmap dan strategi untuk mencapai kesana. Ini bukan suatu hal yang mudah," jelas Arifin.

Arifin menjelaskan, masyarakat dunia saat ini telah sepakat untuk mengurangi pemanfaatan sumber-sumber energi fosil menjadi sumber energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi yang besar. Dia menuturkan, pemerintah menargetkan tujuan tersebut dapat tercapai pada 2050.

"Kita juga sudah menyepakati kesepakatan Paris dan kita sudah telurkan undang undang mengenai target pengurangan emisi, kita masih punya waktu sampai masyarakat dunia mentargetkan sampai tahun 2050 net zerro emission dan kita sendiri sedang menyusun roadmap dan strategi untuk mencapai kesana. Ini bukan suatu hal yang mudah," jelas Arifin.

Dia mengatakan, pusat digitalisasi IODSC yang juga ditinjau Arifin merupakan pusat kegiatan digitalisasi Wilayah Kerja (WK) Rokan. Penerapan digitalisasi di WK Rokan setidaknya memberikan empat manfaat utama, yakni peningkatan kinerja keselamatan, penurunan signifikan dari potensi kehilangan produksi hingga sekitar 40%, optimalisasi kemampuan fasilitas produksi, dan peningkatan efisiensi.

Seperti diketahui, Blok Rokan merupakan salah satu WK Migas terbesar di Indonesia. Sejak 9 Agustus 2021, pengelolaan WK Rokan di Provinsi Riau beralih ke PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) setelah 80 tahun atau sejak tahun 1951 dikelola PT Chevron Pasific Indonesia (CPI) ke.

Saat ini, Rokan menyumbang 24% dari total produksi minyak Indonesia dan kedua terbesar sevara nasional yang memiliki luas wilayah 6.220,29 kilometer persegi dengan 10 lapangan utama yaitu Minas, Duri, Bangko, Bekasap, Balam south, Kota Batak, Petani, Lematang, Petapahan dan Pager.

WK Rokan tercatat sejak tahun 1951 hingga 2021, telah menghasilkan 11,69 miliar barel minyak dengan produksi rata-rata tahun 2021 sampai dengan Juli 2021 sebesar 160,5 ribu barel minyak per hari untuk minyak bumi dari produksi nasional dan 41 MMSCFD untuk gas bumi.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar