Ridwan Saidi: Rezim Ini Mulai Letih, Kehabisan Ide Habisi Oposisi!

Jum'at, 15/10/2021 17:31 WIB
Budayawan Betawi Ridwan Saidi (Liputan6.com)

Budayawan Betawi Ridwan Saidi (Liputan6.com)

Jakarta, law-justice.co - Budayawan Betawi Ridwan Saidi turut menanggapi kontroversi vonis yang dijatuhkan kepada Habib Rizieq Shihab (HRS) oleh Pengadilan Negeri Jakarta Timur (PN Jaktim).

Ia mengatakan, vonis empat tahun penjara terhadap HRS selama empat tahun telah menyebarkan sekaligus meningkatkan rasa ketidakpuasan dan kekecewaan masyarakat terhadap rezim Jokowi.

"Itu tanda-tanda rezim letih yang dia tidak ada ide lagi bagaimana mengatasi oposisi. Vonis ini menyebarkan rasa ketidakpuasan dan kekecewaan yang sangat tinggi kepada rezim," kata Ridwan dikutip di YouTube Refly Harun yang dikutip, Jumat (15/10/2021).

Ridwan Saidi menilai rezim Jokowi seolah-olah menganggap HRS sebagai sosok yang begitu menakutkan.

Pasalnya, HRS kerap melontarkan kritik yang begitu tajam kepada pemerintah dalam berbagai kesempatan, karena banyak kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak kepada rakyat kecil.

"Jadi HRS itu sepertinya yang sangat menakutkan rezim ini, seolah-olah seperti itu," ucapnya.

Ridwan menuturkan, dalam sejarah politik Indonesia, sejumlah tokoh agama pernah mengalami kriminalisasi tanpa dasar yang jelas.

"Sebenernya di dalam sejarah politik Indonesia, hal begini bukan baru ya. Kalau dikata keberuntungan, masa lalu politikus Indonesia lebih parah karena penangkapan-penangkapan itu nggak ada interogasi, dibui saja, disimpen saja, dan disiksa," ujarnya.

Ridwan Saidi menjelaskan di masa Orde Lama, banyak tokoh Partai Masyumi yang menjadi korban kriminalisasi aparat karena persoalan politik.

Beberapa tokoh Partai Masyumi dijebloskan ke dalam penjara tanpa adanya kejelasan durasi masa tahanan, bahkan tanpa dasar hukum yang kuat.

"Mereka dijebloskan ke dalam penjara tanpa kurun waktu yang pasti, tanpa kurun waktu yang jelas," ujarnya.

Ridwan Saidi menilai, kriminalisasi tokoh agama (khususnya tokoh agama Islam) yang dilakukan oleh sebuah rezim menandakan sebuah keletihan dari rezim itu sendiri.

Dia menilai ketika sejumlah tokoh Partai Masyumi dipenjara pada masa Orde Lama, sesungguhnya tak ada gerakan politik apapun dari tokoh-tokoh tersebut.

"Kalau itu dilakukan oleh sebuah rezim, biasanya itu adalah tanda-tanda keletihan dari rezim yang bersangkutan, karena ketika itu sebenarnya tidak ada gerakan apapun dari Partai Masyumi," tukasnya.

(Tim Liputan News\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar