100 Tahun Hoegeng: Jalan Karier 1 dari 3 Polisi Jujur versi Gus Dur

Jum'at, 15/10/2021 12:26 WIB
Jenderal Hoegeng Imam Santoso (Buku Autobiografi Hoegeng/SH)

Jenderal Hoegeng Imam Santoso (Buku Autobiografi Hoegeng/SH)

Jakarta, law-justice.co - Kemarin, Kamis 14 Oktober 2021, Hoegeng Iman Santoso, satu dari tiga polisi jujur di Indonesia versi Gus Dur dilahirkan seratus tahun lalu.

Mantan Kapolri itu dilahirkan pada 14 Oktober 1921. Meski berasal dari keluarga pegawai pemerintahan, ia tumbuh jauh dari watak kaum feodal.

Seperti melansir Majalah Tempo, Hoegeng merupakan anak Pekalongan. Bapaknya, Sukarjo Hatmodjo, pernah menjabat sebagai kepala kejaksaan di sana. Kelak ia dikenal sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ke-5 dan contoh polisi yang berintegritas.

Saat kecil Hoegeng sering dipanggil dengan istilah bugel atau gemuk. Seiring berjalannya waktu panggilan tersebut berubah menjadi bugeng dan terakhir menjadi hugeng.

Hoegeng sempat mengenyam pendidikan di beberapa daerah. Setelah bersekolah di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) dan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Pekalongan, Hoegeng melanjutkan pendidikannya di Algemeene Middelbare School (AMS) Yogyakarta.

Saat di Yogyakarta, Hoegeng sempat membentuk sebuah band Hawaian. Dari band ini ia mendapat tambahan biaya hidup.

Hoegeng pernah melakukan pembenahan di beberapa bidang, terutama yang menyangkut dengan struktur organisasi di tingkat Mabes Polri saat ia menjabat sebagai kepala kepolisian.

Pada 1950, Hoegeng sempat mengikuti sebuah Kursus Orientasi di Provost Marshal General School pada Military Police School Port Gordon, Georgia, Amerika Serikat. Dimulai dari situlah karier Hoegeng di kepolisian melesat.

Ia pernah menjabat menjadi Kepala DPKN (Djawatan Polisi Keamanan Negara) Kantor Polisi Jawa Timur di Surabaya pada 1952, Kepala Bagian Reserse Kriminal Kantor Polisi Sumatra Utara di Medan pada 1956.

Puncaknya pada 5 Mei 1968 Hoegeng diangkat menjadi Kepala Kepolisian Negara menggantikan Soetjipto Joedodihardjo. Tiga tahun kemudian ia mengakhiri masa jabatannya pada 2 oktober 1971 dan digantikan oleh Mohamad Hasan.

Hoegeng wafat dalam usia 82 tahun pada 15 Juli 2004 di Jakarta dan dimakamkan di Taman Pemakaman Bukan Umum atau TPBU Giri Tama, Kemang, Kabupaten Bogor Jawa Barat.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar