Survei: Nama Gus Baha Tempel Ketat Said Aqil di Bursa Calon Ketum PBNU

Jum'at, 08/10/2021 09:38 WIB
Soal Habib Rizieq, Gus Baha: Dia Keturunan Rasul, Pasti Baik! (minews).

Soal Habib Rizieq, Gus Baha: Dia Keturunan Rasul, Pasti Baik! (minews).

Jakarta, law-justice.co - KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha masuk bursa ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dalam muktamar ke-34 NU berdasarkan survei yang dilakukan oleh Indostrategic. Gus Baha menduduki posisi keempat dengan persentase 12,4%.

Direktur Eksekutif Indostrategic Khoirul Umam menjelaskan, ulama muda asal Rembang itu menempel ketat posisi Ketum PBNU yang sekarang, KH Said Aqil Siradj yang ada di urutan ketiga. Sementara itu, di posisi teratas ada Ketua PWNU Jawa Timur KH Marzuki Mustamar, serta KH Hasan Mutawakkil Alallah di urutan kedua.

"Calon Ketum PBNU di posisi pertama KH Marzuki Mustamar dengan dukungan tertinggi sekitar 24,7% disusul KH Hasan Mutawakkil Alallah 22,2%, lalu KH Said Aqil Siraj 14,8% yang juga incumbent saat ini, lalu KH Bahaudin Nursalim atau Gus Baha 12,4%," tutur Umam melalui keterangannya, Kamis (7/10/2021).

Adapun munculnya nama Gus Baha, sambung Umam mengindikasikan adanya penguatan ekspektasi warga Nahdliyin terhadap pemberian peran kepada kiai muda. Menurut dia, Gus Baha juga dinilai sebagai jawaban atas tradisi intelektual pesantren yang luntur beberapa waktu terakhir. Umam menjelaskan, kerap munculnya Gus Baha di berbagai chanel media sosial belakangan efektif untuk menambah popularitasnya di kalangan warga Nahdliyin secara umum.

Secara khusus, popularitas Gus Baha juga meningkat di wilayah Jawa Tengah, Yogjakarta dan Jawa Timur. "Media exposure Gus Baha di berbagai chanel media sosial belakangan ini juga menambah literasi keilmuan sekaligus popularitas nama Gus Baha di kalangan warga Nahdliyin," ungkapnya.

Umam menilai, di bawah kepemimpinan Kiai Said, PBNU memang mampu menunjukkan karakter berani dan tegas kepada kelompok-kelompok Islam radikal. Akan tetapi, di sisi lain, kepemimpinannya turut berimbas pada semakin lekatnya PBNU dalam kerja-kerja politik praktis. "Terlebih lagi, ketika kekuasaan saat ini, the ruling power dihadapkan pada tantangan eksploitasi politik identitas," tuturnya.

Survei Indostrategic dilakukan pada 23 Maret sampai dengan 5 April 2021 dengan melibatkan 1.200 orang responden yang merasa memiliki kedekatan dengan NU. Survei ini memiliki margin of error sebesar 3% dengan tingkat kepercayaan 95%.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar