Muhammadiyah: Penentu Sebuah Negeri adalah Pemilik Kapital!

Selasa, 05/10/2021 15:40 WIB
Anwar Abbas. (Dok. JawaPos.com)

Anwar Abbas. (Dok. JawaPos.com)

Jakarta, law-justice.co - Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Anwar Abbas mengaku khawatir soal minat generasi muda Muhammadiyah yang lebih tertarik bicara politik ketimbang bicara tentang perekonomian.

Hal itu disampaikannya saat seminar nasional secara daring bertajuk Strategi dan Penguatan Kewirausahaan Melalui Digital Marketing Era New Normal pada Sabtu (2/10/2021).

Ia menyebutkan bahwa dari elit strategis tidak ada umat Islam lantaran hanya lima sampai enam orang yang Muslim.

“Kita ini mayoritas muslim tapi kita tidak menjadi penentu. Dari elit strategis tidak ada umat Islam, 10 orang terkaya hanya Chairul Tanjung, dari 50 orang hanya lima sampai enam orang yang Muslim,” ujar Anwar yang dikutip, Selasa (5/10/2021).

Anwar menegaskan, bahwa jiwa wirausaha yang mulai redup harus kembali dinyalakan oleh kader muda Muhammadiyah.

Mengingat wirausaha adalah identitas para penggerak Muhammadiyah di sepanjang masanya. Oleh karena itu ia mengingatkan bahwa saat ini, Muhammadiyah bergerak secara lambat.

“Sampai hari ini kita memang sudah berperan dan Muhammadiyah dahulu unggul dalam semua lini, sekarang tidak lagi unggul di semua lini, bukan berarti tidak maju tapi gerak orang lain lebih cepat dari Muhammadiyah,” tuturnya.

Anwar mengaku bahwa dirinya merasa ironis melihat kondisi Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, tetapi justru memiliki jumlah pengusaha muslim yang sangat sedikit.

Keadaan ini menurutnya berdampak pada berbagai kebijakan publik. Mengutip pernyataan Noam Chomsky, ia mengatakan bahwa penentu suatu negara bukan politisi, birokrat, tentara, atau polisi tapi pemilik kapital atau pemilik sumberdaya.

“Menurut Noam Chomsky, penentu sebuah negeri bukan politisi, birokrat, tentara, atau polisi, tapi pemilik kapital atau pemilik sumberdaya,” katanya.

Oleh karena itu, Anwar Abbas mendorong kader-kader muda Muhammadiyah menekuni kegiatan wirausaha dan para pimpinan yang berhasil agar membimbing mereka menjadi wirausahawan sukses.

Ia kembali menegaskan bahwa titik lemahnya yang tidak dikuasai adalah elit strategis pengusaha.

“Bagaimana Muhammadiyah bisa menempatkan kader-kadernya di berbagai lini. Titik lemahnya yang tidak dikuasai adalah elit strategis pengusaha,” kata Anwar Abbas.

(Tim Liputan News\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar